Aku Tidak Ingin Berhenti

49 4 0
                                        

Aku terpaku pada apa yang semesta suguhkan. Benang rindu yang berkemelut, asa yang mulai surut, juga warna yang pelan memudar tanpa sadar.

Melihatmu dari jauh, membenamkan diriku pada setumpuk khayalan yang kasat mata, kamu tak bersua saat lara mengikis cinta yang belum juga ingin habis.

Aku berdiri, memaksa hati bekerja lebih kuat saat luka itu membuat langkahku nyaris terhambat.
Aku mencoba baik saja saat langkahku mulai tersendat, melambat kemudian tersesat.

Aku hilang, bersama gelap yang menenggelamkanku pada kelam, di sana diriku berada. Menikmati tawa yang tercipta saat bahagia melekat erat pada hidup yang kamu jalani.

Aku sendiri, membangun keteguhan, mencipta keyakinan bahwa sejatinya cintaku masih bisa ku perjuangkan.

Tak ada yang mengerti, tak ada yang berbaik hati memahami, bahwa mencintaimu aku sudah sedalam ini.

Tak mudah ku mampu mengakhiri atau sekadar untuk kembali pada titik awal dimana aku belum memulai.

Tidak mudah untuk aku mengulang lagi, menelusuri setiap jengkal perjalanan yang nyata menyakiti.
Pun, tidak mudah melanjutkan langkah untuk tiba pada ujung penantian tanpa kehadiranmu yang ku anggap sebagai tujuan.

Aku ingin berlari, memangkas jarak, menyempurnakan penantian, menjemput kebahagiaan.

Aku tidak ingin berhenti, sebab aku telah melangkah sejauh ini.
Sebab aku telah terluka sesering ini.
Kalaupun nantinya di ujung sana, kamu benar-benar tak tergapai, tak apa!

Sungguh, setelah air mata yang ku buang sia-sia, terluka untuk kali kesekian tak lagi kuanggap sebagai duka paling merana.

Kota K, 10 Februari 2018

MemoarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang