Tidak untuk Bersama

38 2 0
                                        

Aku telah menjejak berbagai rasa selama ini. Tentang cinta yang ternyata tak selalu berakhir pada kata bahagia. Tentang peduli yang ternyata hanya berujung tanpa benar-benar memahami. Juga tentang kecewa yang menjadi hasil paling murni dari sebuah penantian. Kenyataan yang memilukan.

Salahkah jika kini aku ingin berhenti? Hanya berhenti, toh aku tak akan melibatkan siapapun untuk bersusah mengerti. Hanya diriku sendiri.

Bukankah seorang penanti juga butuh beristirahat? Memperbaiki hati yang telah diremukkan, kemudian bangkit dengan senyuman.

Bukankah seorang yang mencintai sendirian juga butuh untuk menepi dari hingar-bingar pengharapan? Untuk sekadar memastikan bahwa segalanya belum terlambat untuk dibenahi.

Sebagai si penunggu, aku telah memahami, bahwa selamanya aku tak akan mampu melawan takdir. Jika tidak ada garis untuk bersama, harus selama apa aku bersua untuk mengubah kenyataan? Harus selama apa aku dipermainkan oleh keadaan? Tidakkah itu hanya membuat batinku teriris oleh kekecewaan?

Sebab itulah aku memilih untuk menyudahi segala yang pernah aku mulai. Bukan karena aku berhenti mencintai. Bukan karena aku lelah karena harus terus sendiri. Lebih dari itu, ada hati yang perlu lebih dulu diselamatkan. Ada hati yang harus dijauhkan dari sumber keretakan. Ada hatiku, yang harus tetap bertahan pada keadaan yang menyulitkan. Sekalipun berserakan, sekalipun hanya berwujud seperti kepingan.

Kota K, 22 April 2018

MemoarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang