Setiap Tetes yang Jatuh

32 2 0
                                    

Kemana perginya senyum-senyum yang terkulum? Kemana perginya asa yang menghadirkan tawa bahagia?

Semuanya lenyap tak membekas, tenggelam dalam kelam malam tanpa satu titik cahaya bernama harapan.

Sedikitpun, sedetikpun tak bisa ku cegah agar tawaku tak berpindah. Agar bahagiaku tak menyebar, meninggalkan hatiku dengan segala perih karena hatimu yang tak mampu aku raih.

Lagi, pada malam ke sekian setelah kamu benar-benar pergi, air mata menetes di kedua pipi. Pelan, tanpa isakan, sayatan itu nyata kian mendalam.

Tak terhitung berapa tetes yang telah ku jatuhkan, tetap tak mampu menggugurkan penyesalan atas harap yang telanjur aku terbangkan. Penyesalan itu selalu ada, sebab hatiku yang masih enggan untuk pergi. Sebab hatiku yang masih sulit untuk tak lagi terbelit pada cinta sendiri yang kian terasa rumit.

Tak ada lagi bayangan akan seperti apa rasaku membalik keadaan. Sebab kali ini aku benar-benar berdiri pada sebuah titik keputus asaan yang sarat kesakitan.

Ketakutan untuk kembali terluka tenyata semakin memperbesar luka yang sebelumnya telah ada, membentangkan jalanku menuju bahagia yang ku damba.

Aku tak pernah membayangkan, rasa yang ku pikir sederhana ternyata membawa luka yang tak terkira.

Kini, setelah bertahun aku berteman dengan kekecewaan, ku lepaskan rasaku dengan semua yang terlibat di belakangnya.

Sungguh, setelah aku pulih penuh dan hatiku kembali utuh, aku akan menjauh. Rasamu bukan lagi sesuatu yang aku butuh.

Kota K, 15 April 2018

MemoarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang