Semesta selalu lihai dalam mempermainkan seseorang pada takdirnya. Tidak pernah bisa ditebak, tidak pernah mampu untuk mengelak.
Begitupun aku kali ini.
Setelah berlama dengan patah hati, menekuri tiap puing keretakan, berjanji akan sebuah keikhlasan, nyatanya sama saja.
Aku kembali, pada ruang yang kutinggal lari, pada sudut yang kupilih untuk pernah berhenti.
Aku kembali, pada luka yang melupa bahagia, pada tangis yang menutup segala manis.
Bagaimana bisa? Setelah pisah menjadi jarak terdekat, saat asing menjadi satu-satunya penghubung, kamu masih tetap menjadi dermaga rindu, pusat segala rasa tengah ku adu.
Bagaimana bisa? Setelah acuh menjadi bukti bahwa hubungan kita telah melumpuh, saat sendiri telah kita pilih sebagai akhir perjuangan, aku masih tetap menjadi pengumpul harapan yang tiap detiknya melantunkan kebahagiaan, bagi dua hati yang memilih berjalan berlawanan.
Sesulit itu untuk pergi, semudah itu aku untuk kembali.
Tidak pernah benar-benar mengerti mengapa aku tak bisa lari tanpa kecuali.
Tidak pernah benar-benar memahami mengapa aku tak pernah mampu meletakkan rasa tanpa sisa.Lelahkah? Iya!
Namun, selalu ada tapi yang membuat langkahku terhenti. Berbalik arah menuju tempat terakhir kita bertukar rasa.
Lalu aku sampai, tak ada kamu di tempat itu. Bahagiamu sudah kamu temukan secepat yang tak pernah ku bayangkan.
Kota K, 12 Februari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar
Poesía[CERITA TIDAK DI PRIVATE] Mari ke sini, biar ku ceritakan bagaimana masa laluku bekerja sampai saat ini. Bagaimana luka setiap hari menyertai bahagia yang baru akan ku nikmati. Tidak masalah, akan ku jalani setiap resah pada rindu yang meminta sudah...