a/n : sebelum baca, play yg di mulmed ya :)
Ingatkan aku untuk melupa. Bukan tentang kenangan yang telah terbentuk, namun tentang rasaku untukmu yang tak lagi terasa sejuk. Segalanya telah berubah, lukalah yang kini sering berulah. Menggores, hingga perih tak lagi mampu ku jabarkan.
Bisakah kamu berdiri sebagai aku di sini? Sebentar saja, biar kamu tahu bagaimana rasanya tersenyum untuk menutupi hati yang telah remuk. Agar kamu mengerti, seberapa besar luka mengancam bahagiaku.
Aku tak pernah menginginkan seperti ini. Berada dalam keremukan, sungguh aku tidak ingin. Ku pikir, jatuh cintaku tak akan membawa kecewa selama ini. Ku pikir, hanya sewajarnya saja kecewa akan menyapaku. Nyatanya tidak, sekuat itu rasa ku pertahankan, sekeras itu luka belum juga ingin hilang.
Kemudian di titik ini, aku mulai menemukan kesadaran, bahwa seharusnya aku menyerah saja. Toh, tak ada sesuatu yang membuatku terus bertahan. Apa? Harapan? Persetan dengan itu, sebab kehancuranlah yang ku dapatkan.
Sudahlah, ini jalan yang ku pilih agar aku dapat pulih. Menyerah memang bukan jalan terbaik, namun berjuang pun hanya akan membuat luka semakin pelik.
Kecewa sudah banyak ku telan sendirian, maka itu, tak ada lagi akhir yang dapat ku perjuangkan. Sepenuh itu aku mempertaruhkan hatiku pada semesta, kini. Biar ia yang memegang, sebab pada orang lain, hatiku hanya akan berujung tumbang.
Kota K, 1 Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar
Poetry[CERITA TIDAK DI PRIVATE] Mari ke sini, biar ku ceritakan bagaimana masa laluku bekerja sampai saat ini. Bagaimana luka setiap hari menyertai bahagia yang baru akan ku nikmati. Tidak masalah, akan ku jalani setiap resah pada rindu yang meminta sudah...