Seperti Kenangan

37 2 0
                                        

Aku meraba detak jantungku yang tak berirama. Berdebar, panas menjalar. Hanya melihatmu, hanya melihatmu berdiri di kejauhan.

Pikiranku mengembara, berlari entah kemana ia akan berhenti. Lalu pada satu titik, ia tak lagi mampu pergi.

Masih tentang kamu, yang adanya hanya sebatas abu-abu. Aku tak mengerti untuk apa kenangan buruk diciptakan, terlampau sulit dienyahkan.

Untuk kehancuran yang berulangkah ia? Sebab yang ku jalani, mengingat tentangmu hanya membuatku semakin menyesalkan keadaan.

Sesekali, seperti saat ini, aku ingin kamu kembali layaknya kenangan yang tak pernah bisa benar-benar lenyap.

Berulang kali aku bertanya, meminta pada-Nya. Untuk setidaknya, kalaupun tak mampu bersama, aku ingin rasaku untukmu sampai sini saja.

Sebab aku terluka, kamu pun tak ingin mengulang apa yang kemarin dulu sempat ada. Maka biarkan rasaku terlepas sepenuhnya. Tak apa, itu lebih baik dari mengharapkanmu untuk berbalik.

Namun, melepas rasa tak sesederhana yang ku kira. Berlama dengan luka pun tak lantas membuatku mudah bertemu bahagia. Ku sangka, sesulit saat mengobati, semudah itu membawa bahagia ada di sisi.

Ternyata, tidak seperti itu. Bukan seperti itu cara kerjanya. Luka ada, menjatuhkanku, membuatku tak mampu lagi untuk sekadar berharap.
Lalu setelah aku bisa berdiri, bertumpu pada kakiku sendiri, ia kembali membuatku terpuruk. Membuatku benar-benar percaya bahwa seterusnya akan terluka.

Tapi, tak ada yang benar-benar abadi di dunia ini. Setelah sedikit bahagia sudi bertamu. Aku tetap bersyukur menilik masa itu. Sebab aku mampu melewati, sebab aku tak selamanya tersakiti.

Kota K, 18 Februari 2018

MemoarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang