Kilasan-kilasan kebahagiaan itu merebak, menerbangkan kembali angan yang sempat terabaikan. Ada kalanya seseorang benar-benar ingin berhenti. Namun banyak pula masa dimana semuanya terasa sulit untuk diakhiri. Tak ada yang mengerti, pun dengan diri sendiri yang masih memilih untuk menanti.
Lariku masih separuh, ikhlasku belum juga utuh. Aku masih mengangankan ada kebahagiaan selepas masa penantian yang ku lakukan. Aku masih mendambakan ada senyuman setelah banyak tangis yang ku keluarkan. Aku masih mengira kamu akan kembali, menyempurnakan cerita tentang cinta yang sederhana.
Sebab pikirku yang demikian, ku serahkan hatiku untuk terus menemui kehancuran. Aku siap terluka, lagi dan lagi. Tak apa, karena nyatanya melupa lebih sakit dari yang kini tengah ku rasa. Membunuh pernahmu belum mampu ku wujudkan hingga kini, sampai saat ini. Dimana ragamu telah jauh berkelana, menggandeng bahagia baru tanpa mengingat sedikitpun tentang adaku.
Sedang aku? Tertawa mungkin jika kamu mengetahuinya. Aku masih mencoba melepas, mengenyahkan rasaku satu persatu untuk menyembuhkan luka yang ku terima. Mencari bahagia? Nanti saja. Lukaku ada dimana-mana. Biar ku rawat dulu remuk hatiku yang kian pekat. Pelan, tak akan lagi ku bergantung pada waktu yang katanya hadir disaat yang tepat. Menyatukan hatiku lagi, aku masih cukup kuat. Walaupun semesta telah mematahkan hatiku dengan begitu hebat.
Kota K, 24 April 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar
Puisi[CERITA TIDAK DI PRIVATE] Mari ke sini, biar ku ceritakan bagaimana masa laluku bekerja sampai saat ini. Bagaimana luka setiap hari menyertai bahagia yang baru akan ku nikmati. Tidak masalah, akan ku jalani setiap resah pada rindu yang meminta sudah...