jam 7 malem akhirnya satu persatu anak-anak manusia itu kebangun. kamar dimitri udah kayak abis dipake arena tawuran anak stm. bungkus snek dimana-mana, sampah berserakan dan badan temen-temennya goleran di lantai kayak gembel perempatan
"heh bangun goblok" prama yang semenit yang lalu kek orang bingung itu mengguncang-guncangkan badan sangga di sebelahnya tapi emang dasar sangga, tidur udah kek mati suri
akhirnya prama terjun keatas badan sangga biar pemuda itu bangun. tapi malah dirinya yang disemprot
"ADOH BANGSAT LO PRAM TULANG RUSUK GUE PATAH SATU JADINYA GUE MINTA JODOH DUA" semua kebangun denger sangga teriak-teriak, deby udah ancang-ancang mau ngelempar mereka berdua pake gelas sirop miliknya
"gue ke toilet bentar ya" tiba-tiba kei berdiri dan langsung berjalan ke toilet di kamar dee
"kei bentar! toilet gue lagi rusak, pake yang dibawah aja ya" kei terdiam, masalahnya dia emang gatau dimana toilet selain di kamar ini
kalo mau nyaripun kapan ketemunya? rumah dee segede gaban gini
"dev tolong anterin kei ya. gue mo manggil si bibi" seakan ngerti kode, dee langsung bertitah
si empunya nama devan itu mengangguk tenang, beda sama kei yang hatinya udah terasa mau mencelos keluar
dianter ke toilet, sama gebetan sendiri?
enaknya seneng apa gimana ini?
.
angin berhembus. dari balkon kamar dee, terlihat disana dua orang remaja tengah bercakap-cakap. tidak peduli kebisingan yang ada didalam kamar dee, mereka hanyut dalam dunianya sendiri
"anjing emang jadi lo yang ngilangin sebelah sepatu futsalnya sangga??" seorang cowok berkacamata membekap mulut cewek yang lagi ketawa ngakak disampingnya
"diem elah tar sangga ngamuk. mulut cewek gabisa ya ga bocor gitu. nyesel gua cerita" tangan gadis bernama rena inggrid itu terulur dan bergerak menarik tangan dimas menjauh dari mulutnya
"apa banget sih lo kesel sampe segitunya" dimas berdehem pelan ngeliat inggi masih ketawa ketiwi
jadi tuh dimas kesel ya waktu futsal sangga ngegocek bola yang terbang bukan bolanya tapi sepatu sangga yang baunya kayak ga dicuci dari jaman manusia masih hidup nomaden. mana kena kepala dimas yang cemerlang, kalo dia gegar otak trus kalian semua sedih gimana ;(( ―fans.dimas999
semenit kemudian suasana sunyi. nggak satupun dari mereka berdua yang buka suara
"segitu kane nya ya?" tanya adimas tiba-tiba
inggi yang nggak ngerti maksud dimas langsung 'ha?' di tempat
"iya lo berdiri di balkon doang sampe merem melek gitu. mana pake senyum-senyum? kerasukan lo?" cecar pemuda itu bikin inggi pengen nimpug pake guci antik disebelahnya
"ya seger aja rasanya. gue mau tidur liat kalian, bangun bangun juga pertama kali liatnya kalian. ribut-ributnya kalian tuh.. bikin hidup gue seru" jawabnya
diem lagi, dimas nggak menyahut lagi
"dim―"
"elo suka baca buku faithful nya emily van croff ya?" inggi menaikkan sebelah alisnya mendengar pertanyaan yang mencuat dari bibir sahabatnya ini
"kok lo tau?"
"kata-kata lo persis kayak tulisan dia di bab 11 tentang.." kalimat dimas yang menggantung seakan memancing inggi untuk mengucapkan sesuatu
"..peri kecil di toko roti" tanpa sadar mereka mengucapkannya bersamaan, dengan penekanan dan nada yang sama
"LAH ANJIR LO JUGA BACA BUKUNYA??" inggi excited sendiri
"blegug siah. ternyata lo suka nyolong quotes dari buku itu buat caption instagram kan" dimas udah ancang-ancang nangkis kalo-kalo inggi mau gampar dia
tapi kenyataan berkata lain. salah satu cewek paling judes yang pernah dia kenal itu malah meluk erat boneka kuning milik dee dan menarik seuntai senyum seolah setuju setuju aja sama perkataan dimas
"iya kali dim"
dimas membeku lagi, untuk kesekian kalinya
jadi gini ya rasanya jadi sinting cuman gara-gara liat cewek senyum? ―adimas wonwoo sagara
.
beralih ke devan dan kei. mulut kei terkatup rapat semenjak meninggalkan pintu kamar dee tadi. bagaimana tidak, dee malah meminta devan yang mengantarnya ke toilet. gila, jantung kei rasanya mau meledak liat devan yang berjalan dua langkah lebih jauh di depannya
"lo kenapa? sini jalan disebelah gue. ntar lo ilang gue ga tanggung ya" devan tiba-tiba berhenti dan noleh kearah kei yang masih berdiri kayak orang bego dibelakangnya
"gapapa nih?"
kei pengen nampar mulutnya sendiri. kenapa dari sekian banyak kalimat, yang keluar malah itu? malu anjir!!!!!
cowok kurus di hadapannya ini malah terkekeh "ya gapapalah. pertanyaan lo aneh"
keira melangkah dengan ragu menuju sisi kanan devan. rasanya tuh kakinya beraaaaaaaaaat banget
sumpah mending dibacotin mamah atau ngejinakin barongsai deh daripada berduaan gini sama devan. eh tapi kei selalu berharap ada di situasi kayak gini sama devan, sekarang kok malah pengen mundur?
"nah gitu. jangan mundur-mundur lagi" devan langsung berjalan menuruni tangga dengan kei disampingnya
'jangan mundur-mundur lagi?'
entah cuma perasaannya atau kalimat itu memiliki arti yang bukan sebenarnya? mungkinkah itu isyarat dari devan untuk tidak membiarkan kei menyia-nyiakan moment ini? untuk tidak membiarkankan kei menjaga jarak lagi hanya dengan alasan kalau itu merusak pertemanan mereka?
apapun itu, semangat kei jadi terpacu lagi. seperti yang selalu dikatakan oleh teman-temannya, nggak akan ada yang berubah kalau salah satu nggak memulai
dan ia belum ingin menyerah pada devan
KAMU SEDANG MEMBACA
Asikin; pristeen ✔
Fanficsantuy selaw social 3. wwwwwwwwwwarning ⚠⚠⚠ (+) harsh word (+) lowercase---------------- (+) typo everywhere (+) au highest rank : #1st in pristeen (160518) #2nd in gesrek (140518) ©beanspetal, 2k18