ting tong
"permisi! tante dara!" pemuda bernama lengkap adimas wonwoo sagara itu tergelak mendengar suara seseorang di pintu depan
'perasaan udah dateng semua' batinnya sambil menghitung jumlah teman-temannya yang kini tergeletak berserakan di ruang tamunya
"dimas bukain pintunya" kepala sang kakak terjulur dari pintu dapur, dibalas anggukan oleh dimas
akhirnya pemuda itu berjalan kearah pintu, menerka nerka siapa yang datang
"iya? cari sia.."
"..pa?"
dimas speechless ketika membuka pintu mendapati seorang gadis ―yang tidak ia kenali― berbalik badan dan membawa bungkusan karton berpita pink lucu
"hai" sapanya
dimas yang masih bingung dengan siapa ia bicara ini tidak menjawab, dan menatap gadis yang lebih pendek darinya itu dari ujung kepala sampai ujung kaki
"permisi~ haloooo~" dimas tersentak ketika tangan gadis itu menggoyang goyangkan tangannya di depan wajah dimas
"e―eh iya. siapa ya?"
"anu, gue tetangga baru lo. itu rumah gue didepan pos satpam" mata dimas mengikuti arah telunjuk gadis itu sambil menggumamkan kata 'oh'
"lo pasti anaknya tante dara kan? gue cuman mau ngasih ini nih, ada bingkisan dari mamah gue. yaa taulah mamah mamah kalo baru pindahan" gadis itu menyerahkan bingkisannya pada dimas, kemudian diterima dengan ragu-ragu oleh si bungsu sagara itu
ini bukan bom kan ya? ―dimas
"yaudah, salamin ke tante dara ya. gue pamit dulu"
"eh tunggu biar gue panggilin, ibu gue didalem kok"
"gausahlah, kayaknya lo sibuk juga. didalem rame banget kayaknya, lagi ada acara ya?" tanyanya
dimas terkekeh sambil menoleh kearah ruang tamunya yang kayak abis diacak-acak. "engga itu babi semua lagi pada ngungsi kerumah gue"
si gadis itu ikut terkekeh. "oiya nama gue―"
"sopo iku dim?" kedua remaja itu menoleh, melihat ibu dimas yang memakai celemek coklat dan tangannya masih belepotan tepung menghampiri mereka
"tanteeeee!" pekik gadis itu begitu melihat sosok perempuan paruh baya itu
"LOH? ALINKA TOH!"
🐣🐣🐣
dimas menatap kedua perempuan didepannya. yang satunya berstatus sang ibu, dan satunya adalah gadis yang tidak pernah ia kenal dan ia tidak tau bagaimana gadis itu bisa ngobrol begitu akrab dengan sang ibu
"kenalin, ini anak tante namanya adimas. nduk, ini anaknya tante fei yang tetangga baru kita itu. namanya alin" ujar sang ibu
"alin. alinka chengxiao" dimas menjabat tangan alin yang terulur
"dimas. adimas wonwoo sagara"
setelah haha hehe dan basa basi, ibu dimas menawarkan agar alin masuk dan bergabung bersama teman-teman dimas
"engga ah tante, malu.. alin mau pulang aja. kapan-kapan ajalah mainnya" tolak gadis itu halus
"udah gapapa, mbaknya dimas baru pulang dari jogja bawa oleh-oleh banyak lho" alin yang ngerasa gak enak, hanya memandangi dimas dengan pandangan yang tidak bisa ditebak
dimas yang plangak plongok sedari tadi malah membuat kesalahan fatal dengan membuat matanya bertemu pandang dengan sang ibu. sementara pandangan sang ibu benar-benar memprovokasi agar dimas membiarkan alin bergabung
ia mengembalikan pandangannya ke alin, tapi tatapan alin nggak menunjukkan bahwa ia menolak. yalord perempuan itu susah banget dimengerti
bodo amatlah pusing gue -adimas
"yaa gapapa sih kalo mau gabung, temen-temen gue juga ga gigit" ibu dimas senengnya bukan main, ia mendorong punggung kedua remaja itu seolah mereka itu boneka barbie dan ken agar masuk ke area ruang tamu
"aduh malu gue dim, gue pulang aja ya"
dimas menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "tanggung lin, ibu gue udah girang banget itu"
akhirnya kedua remaja itu menghela nafas pasrah dan melangkah ragu ke ruang tamu. tidak menduga apa yang akan terjadi begitu mereka sampai di ruangan itu
'yaudahlah pedein aja' -alinka
'ya allah gue pasti di interview abis ini' -adimas
'firasat gue kok enak ya heuheu' -rei
🐣🐣🐣
usbn sudah dekat. milea jadi pusing (:
yaudahlah selamat hari rabu. semoga harimu rabyu rabyu(?)
ppai~ 🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
Asikin; pristeen ✔
Fiksi Penggemarsantuy selaw social 3. wwwwwwwwwwarning ⚠⚠⚠ (+) harsh word (+) lowercase---------------- (+) typo everywhere (+) au highest rank : #1st in pristeen (160518) #2nd in gesrek (140518) ©beanspetal, 2k18