on my way

144 18 0
                                    

Deru motor scoopy berwarna coklat dengan aksen hitam itu memancing beberapa mata untuk menoleh ketika kendaraan tersebut memasuki halaman parkir sekolah

Terlihat sepasang muda mudi mengenakan dasi ber-strip dua —yang menandakan bahwa mereka adalah murid kelas 11— turun dari kendaraan tersebut

Yehana Faranisa, yang lebih akrab disapa Nisa itu turun terlebih dahulu. Diikuti oleh lelaki yang duduk di kursi kemudi, berstatus pacarnya kurang lebih 2 bulan belakangan

Setelah banyak hal yang terjadi, ia mulai terbiasa dengan segala sesuatu tentang Sangga —nama sang kekasih—. Meski awalnya merasa ragu akan keputusan yang terbilang cukup nekat ini, Nisa akhirnya bisa berdamai dengan kenyataan dan berkata penuh percaya diri;

‘Sangga gak seburuk itu kok’

"Sini" tangan lelaki itu terulur untuk membuka kaitan helm yang terpasang di kepala Nisa, membuat senyum gadis itu mengembang melihat mata sipit pacarnya terlihat serius dan menggemaskan di saat bersamaan

Nisa merapikan rambutnya yang sedikit kusut akibat tertiup angin sepanjang jalan. Bersama dengan Sangga yang juga melepas helmnya sendiri

"Yuk yang" ujar Sangga mengulurkan tangannya, seolah memberi instruksi agar Nisa menautkan jemarinya

Seolah sudah menjadi hal wajib bagi Sangga belakangan ini untuk menjemput dan mengantar kekasihnya itu. Meski pada awalnya Nisa bersikeras menolak, tak membuat Sangga patah semangat hingga akhirnya gadis itu tak lagi segan dengan ajakan Sangga

Gambaran paling tepat untuk kiasan ‘usaha tak akan mengkhianati hasil’

"Nitip gak?" Tanya Nisa yang menatap lurus ke arah kantin

Rutinitas pagi kebanyakan siswa siswi SMA Angkasa memanglah tak jauh jauh dari sarapan di kantin. Mengingat kantin di sekolah mereka berukuran cukup besar serta tersedianya belasan meja panjang yang dapat menampung nyaris setengah populasi manusia di sekolah tersebut

Hal tersebut juga berlaku untuk Sangga dan Nisa. Kedua remaja dengan sifat bertolak belakang itu nampaknya punya satu kesamaan yang cukup masuk akal untuk menjadi alasan mereka bisa bersama;

Sama-sama gak bisa sarapan di rumah.

Sangga merasa itu bukan hal yang penting untuk diperdebatkan. Karena tanpa alasan yang spesifikpun, ia cukup yakin bahwa Nisa tau perasaannya terhadap gadis itu tak main main

"Wafer sama teh pucuk aja" sahut Sangga dibalas anggukan dari kekasihnya itu

"Yaudah tunggu bentar" Sangga menatap Nisa yang melepaskan genggamannya dan berlari kecil menuju sebuah stan di kantin sekolah itu

Pemuda itu belum melepas pandangannya dari sang pujaan hati, sebelum sebuah tepukan mendarat di bahunya membuatnya berjengit kaget

"Anjeng!" Umpatnya ketika melihat Adi berdiri di belakangnya sambil meminum susu kotak Ultra Milk rasa strawberry

"Selau anjeng. Cocot lu loss banget kek knalpot bajaj" balas Adi berkali lipat lebih ngegas

Sangga berdecak. "Apaan di? Nagih utang? Kan gue udah minggu lalu"

"Biji mata lu! Nyapa doang salah? Lu udah segitu bucin ampe ga solid lagi?"

"Di, kurang kurangin tuh mulut. Fitnah lebih kejam daripada fitness" entah sejak kapan, Rega dan Daffa sudah berada disana juga

"Bacot njir pagi pagi udah ngajak gelud" keluh Adi yang berjalan pelan menuju tempat sampah di dekatnya, nampaknya mood lelaki itu sedang dalam fase yang kurang bagus

Asikin; pristeen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang