it's allright

190 19 4
                                    

Deshinta mencelupkan kentang goreng terakhirnya pada saus cabai. Matanya menatap lurus punggung Dika yang tengah mengantri untuk membeli McFlurry pesanannya

Gadis itu menepuk-nepuk tangannya untuk menghilangkan sisa garam yang menempel. Belakangan ini, banyak waktunya yang ia habiskan bersama Dika. Hingga orang-orang berpikir mereka berpacaran

Nyatanya tidak.

Setidaknya begitulah menurut Deshinta. Tak pernah ada kalimat 'lo mau gak jadi pacar gue?' terlontar dari bibir Dika. Mereka lebih dari teman, namun pacaran bukan status mengikat mereka

Dika selalu ada untuknya, begitupun sebaliknya. Dika memperlakukannya dengan sangat baik, dan tak pernah meninggalkannya di saat saat terburuk.

Benar.

Saat terburuk dalam hidup Deshinta mungkin ada sangkut pautnya dengan Rega. Deshinta menatap bekas luka di jarinya, luka kecil itu sudah sembuh. Deshinta ingat bahwa Rega lah yang mengobati luka itu

Tak pernah ia duga, bahwa Rega–lah yang akan membuat luka yang jauh lebih besar di hati Deshinta. Luka yang tak harus membuatnya berdarah, namun jauh lebih sakit dari semua cidera yang pernah ia alami dalam hidupnya

"Gue mau denger semuanya langsung dari lo Ga.. biar gue bisa patah hati dengan tenang.."

"Sorry gue gak bisa Des.. Alin butuh gue"

Gadis itu menghela nafasnya kasar dan meneguk sisa pepsinya sampai habis. Bersamaan dengan kedatangan Dika yang datang dengan segelas McFlurry di tangannya

"Nih"

Deshinta mengerutkan keningnya "Kok cuma satu? Lo enggak?"

Dika terkekeh pelan "Kalo gue makan lagi, ntar gabisa boncengin lo pulang. Mau nginep disini?"

"Ya kagak lah" jawabnya cepat

"Eh tapi kalo sama lo, gapapa sih" sambungnya terlihat menimang-nimang yang diikuti reaksi Dika yang hampir tersedak minumannya

"Sejak kapan lo jadi gombal gini?"

"Sejak sama lo. Sini" Deshinta menyendok es krim itu dan memberi suapan pertama untuk Dika, yang disambut hangat oleh pemuda itu

Orang mungkin bertanya-tanya, kenapa kedua insan itu tidak meresmikan hubungan mereka. Jawabannya, mereka tidak tau

Dika tampaknya belum berani memulai lagi setelah hubungannya kandas dengan Sylvia. Pun Deshinta yang masih terbayang-bayang sosok Rega yang . Lagipula mereka sendiri tidak merasa keberatan dengan hubungan yang kini mereka miliki

Meskipun pada kenyataannya mereka sama-sama berlari dari masalah mereka masing-masing, setidaknya mereka berusaha saling menjaga satu sama lain

Daripada memaksa sesuatu terjadi, akan lebih baik jika kita bersabar dan membiarkan segalanya berjalan sebagaimana mestinya bukan?

"Akh hingin Deh" Deshinta tertawa melihat Dika memegangi pipinya, menahan rasa dingin yang menjalar di seisi mulutnya

"Ya iyalah namanya juga eskrim. Split bill ya? Gaenak gue lo bayarin mulu" ujarnya sembari mengaduk es krim cookies and cream itu

"Udah gue bayar, santuy aja"

"Tuh kan lo curang!! Pokoknya split bill!!" Rengek Deshinta lucu membuat Dika tak bisa menahan senyumnya

"Udah duit lo tabung aja buat modal nikah" ujarnya

"Dih. Nikah ama siapa coba? Sama lo??" Gadis itu menuding Dika dengan sendok es krimnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asikin; pristeen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang