Kita dan Gundah

205 18 13
                                    

Brakkkk

"Ini apaan!?"

Saga memutar bola matanya bosan, melihat gadis di hadapannya mendobrak pintu kamarnya yg tak terkunci dan membanting kertas yang pemuda itu sudah hafal betul dari mana asalnya.

"Surat panggilan" sahutnya tenang

Gadis berambut hitam legam itu meremas kertas dalam genggamannya geram

"Lo apa apaan segala bikin bonyok temen lo ha!? Biar apa saga biar apaa!!! Gue yang dipanggil kepala sekolah lo jadinya!!!" gadis yang tak lain merupakan kakak tertua saga itu bicara terengah engah saking frustasinya

Saga memasang headphone nya santai sembari berkata "kalo gue jelasin juga lo gabakal percaya kan?"

"Elo tuh ya—" Sifanny hampir saja melayangkan tamparannya kalau saja tangan seseorang tidak menahannya

"Kak, udah dong. Lo ga harus marah-marah buat nyelesaiin satu masalah sepele gini" ucap lelaki jangkung yang masih menggenggam erat tangan sifanny

"Sepele kata lo? Haykal, adik kita ini dalam seminggu udah 2× sp terus udah dikirimin 3 surat panggilan. Pake cara apa lagi gue harus ngasih tau ini anak??!" Telunjuk sifanny terarah pada saga

"Gue ga minta lo urusin kok, lanjutin aja hidup lo yang perfect itu. Gue mati juga lo berdua gaakan peduli kan?"

Mata haykal membulat "Saga!"

"Apa!?" Saga melepas headphone nya kasar

"Bisa ga sih lo sehari aja ga bikin masalah??? Lo dulu gak gini, kenapa sih lo berubah!! Apa kurangnya gue sama haykal???? Kita udah gapunya orangtua, masalah di hidup kita udah banyak jangan lo tambah tambahin lagii gue capek!!!!"

"Masalah!? Lo pikir gue bejat gini karna siapa? Pernah gak sih kak, lo puji gue, lo sayangin gue, lo perhatiin gue kek kakak kakak lain diluar sana!!"

Sifanny dan haykal terdiam

"Lo berdua enak pernah dapet kasih sayang orang tua, lah gue gimana?? Gue harus ngadu ke siapa?? Siapa yang mau dengerin gue!???"

Dengan suara bergetar, saga melanjutkan "dulu pas gue jadi anak baik baik, pernah ga sih kalian apresiasi pencapaian gue?? Enggak. Bang, lo sibuk sama segala tetek bengek olimpiade lo itu. Elo kak, yang lo tau cuman kompetisi dance yang ga pernah lo menangin itu!! Jangankan ngarepin kasih sayang kalian, sekedar makan bareng bertiga aja susahnya kek apa. Kalo gue boleh milih, gue gaakan mau terlahir di keluarga ambis kayak gini!!"

PLAKKK

"Kak!" Haykal bersuara

"..siapa yang ngajarin lo ngomong kek gitu ha??"

Airmata saga sudah menggenang di pelupuk matanya, wajahnya terasa sangat panas bila memandang wajah kedua kakaknya saat ini. Remaja berusia 16 tahun itu bangkit dari ranjangnya dan langsung menyambar jaket serta kunci motornya

Haykal masih syok melihat kakaknya menampar Saga tadi. Bahkan saat saga membanting pintu kamarnya kasar, ia masih bisa merasakan seluruh tubuh Sifanny bergetar

Entah karena marah, sedih ataupun menyesal..

.

Inggi menatap laptopnya muram. Masih ada beberapa buah soal online yang harus ia kerjakan. Huh, jika saja rara tidak mengurungkan niatnya mengundurkan diri dari bimbel konvensional itu dan bergabung bersamanya di bimbel online, mungkin saat ini mereka tengah mengerjakan lembar lembar soal ini bersama sambil sesekali menggibahi seseorang.

Inggi bingung mengapa rara tetap bertahan, padahal sejak hari pertama mengikuti kelas tersebut, entah sudah berapa umpatan dan ungkapan kebencian yang ia utarakan pada inggi setiap mereka ada kesempatan untuk bicara bersama

Asikin; pristeen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang