17 Juni 2017
Sore itu clara sedang duduk diruang keluarga sembari meminum teh hangat. Ia melihat dari luar jendela langitnya menangis awanpun juga ikut sendu. Begitu juga perasaan yang menyelimutinya. Ia bingung dengan sikap Brandon, padahal terakhir mereka bertemu pas dirumahnya terlihat baik-baik saja.
"Sayang, kok nglamun?" sapa mama july berhasil membubarkan imajinasi clara.
"Enggak kok ma, siapa yang nglamun" elaknya sambil bergaya selfie.
"Kamu itu anak mama ra, mama tau kamu bohong. Gak mau cerita sama mama?"
"Enggak penting kok ma, ara mau kekamar dulu mau siap-siap" ujarnya sedikit terburu-buru.
"Mau kemana ra?"
"Mau malmingan ma, biasa dara muda" balasnya sambil mendaratkan kecupan di pipi kanan sang mama.
Setengah berlari kecil ara langsung menuju kamar untuk bersiap. Ia sebenarnya berbohong, ara ingin merefresh kembali fikirannya. Ia harus bisa terbebas dari kata galau.
"Duh bingung juga mau kemana, kalo sama geng nanti rame. Tapi gue sendiri keliatan jomblo banget" gerutunya sambil mengacak kaos yang ia akan kenakan."I'm ready" ucapnya dengan bersemangat.
Setelah itu ara langsung bersiap untuk pergi, sebelumnya ia berpamitan dengan mamanya untuk pergi. Dan didepan Mang Ujang sudah siap untuk mengantarkan tuan putrinya bermalam mingguan.
"Mau kemana non?"
"Ke kafe Dandelion mang, oiya mang ujang udah beneran sehat nih?"
"Alhamdulillah non, udah seger kembali. Bisa nganter non dan aden kemana-mana" ujarnya penuh semangat.
"Iya mang, aku gak perlu pesen ojol lagi"Kafe Dandelion
Kafe kakaknya aura menjadi tempat bermalam mingguan buat clara, cewek jomblo nan imut.
"Selamat sore, mau pesen apa mbk?"
"Lemon teanya 1 sama crispy chicken skin spicy level 2 1" balas clara pada seorang pelayan yang tak asing dipandangannya.
"Kok gue pernah liat lo ya, tapi dimana?" ucap clara lagi.
"Aku juga anak Nusa Bangsa, kamu Clara kan?" tanyanya dengan yakin.
"Oke gue clara dan lo?"
"Aku Devnanda, anak 11-4. Jangan tanya aku kenal kamu dari mana, emang kamu udah terkenal sama geng kamu itu" ungkapnya sambil menampilkan senyum.
"Hehe gitu ya, lo kerja disini gak capek apa? Apalagi fullday school tiap hari" tanya clara penasaran.
"Ya capeklah, tapi ya harus kerja. Udah ya ngobrolnya. Aku lanjut kerja dulu" potongnya tak lupa dengan senyum.
"Oh oke, sorry udah ganggu lo kerja"
Setelah 15 menit berlalu pesanan datang. Sambil menyeruput lemon tea clara melihat jalanan ibukota yang tak lekang oleh kemacetan.
"Hmm, brandon lagi ngapain ya. Kok gue jadi kangen" gerutunya sambil mengaduk lemon tea.
Suara nyaring terdengar menusuk telinga clara.
"Halo, ada apa?"
".................."
"Lo siapa? Sekarang dia ada dimana"
"................."
"Ban*s*t, mau lo apa? Jangan ganggu idup orang"
"................"
"Dasar, cepet share lokasi lo"Clara Po'v
Sore menuju malam minggu itu gue suntuk banget dirumah. Pengennya menyendiri aja, tapi gakmau dirumah. Entahlah, gue masih bingung sama sikap brandon yang seakan gak anggep gue ada. Etdah! Setan kali ya! Untuk menghibur hati gue yang gundah gulana, gue memutuskan untuk kekafe kakaknya sahabat gue. Gak tau kenapa semenjak ada kafe itu gue ngeliat kafe yang beda dari biasanya, gue suka liat jalan dari kaca banyak yang berlalu lalang. Gue seakan ngerasa sendiri walaupun sedang rame. Sore menuju malam itu gue menerima telfon dari brandon tapi yang bicara orang asing dan bikin emosi gue memuncak.
"Halo, ada apa?"
"Lo sekarang bawa uang, 10 juta atau temen lo mati ditangan gue" ungkapnya bikin menohok hati
"Lo siapa? Sekarang dia ada dimana?" gue balas lonjak.
"Santai dong sayang, pokoknya gue tunggu 1 jam dari sekarang lo harus bawa uang. Kalo gak temen tercinta lo akan mati ditangan gue"
"Ban*s*t, mau lo apa? Jangan ganggu idup orang"
"Kesini bawa uang atau mati"
" Dasar, cepet share lokasi lo"
Tut..."Ya ampun, cobaan apalagi ini. Untung gue bawa cek" gerutu ara sambil mengeluarkan kertas.
Po'v end
Gudang Pabrik Tas
Ara lalu menghubungi mang ujang untuk tak menjemputnya. Ia langsung pesan taxi online menuju tempat dimana Brandon berada.
"Neng beneran mau kesana sendiri? Duh angker neng" ucap sopir taxi ditengah perjalanan.
"Saya ada perlu pak, nanti bapak tunggu saya agak jauh dari lokasi ya pak. Nanti saya bayar dobel deh" rayu ara dengan berlagak memohon.
"Siap neng, pokonya kalo ada apa-apa langsung telfon aja"
Setengah jam berlalu ara tanpa rasa takut berjalan menuju gudang yang bisa dibilang menyeramkan. Bayangkan saja menuju magrib tapi keadaan sudah seperti tengah malam. Suara gaduh didalam gudang membuat laju ara mengencang. Terlihat disana brandon dan kedua temannya sedang dijadikan santapan oleh pria besar berbaju hitam.
"Gue dateng" teriakan ara lolos dari mulutnya dan menggema diseluruh penjuru gudang.
"Oh lo, pinter juga lo cari cewek. Udah cantik kaya juga" ucap seorang salah satu dari mereka.
"Gausah berbelit, bebasin temen gue. Lo mau duit? Oke gue jabanin" ungkap ara dengan mata memanas.
"Santai dong sayang, gak harus buru-buru kan" ucapnya sambil menoel dagu ara.
"Najis! Dasar udah pada tua mata duitan" teriak clara keras.
Plakkkk.....
Satu tamparan mendarat di pipi clara.
"Jangan sentuh cewek gue" teriakan itu lolos dari mulut brandon.
Terlihat brandon sudah kaya akan darah. Mukanya lebam dan sulit untuk didekripsikan. Begitu juga kedua temannya.
"Lo mau uang gue jabanin, lo mau berapa tinggal tulis disini. Tapi lepasin temen gue" ucap clara sambil mengambil secuil kertas berharga.
"Oke sayang, gue gak butuh duit banyak. Tapi gue butuh duit yang pantes untuk kesalahan temen lo. Cukup 10 juta"
Para penjahat itu satu persatu melucuti tali yang melilit di tubuh ketiganya dan langsung pergi dari lokasi.
"Pak, langsung aja masuk disini. Barang saya banyak gak bisa kesana" ungkapnya dalam telefon.
Beberapa menit kemudian mobil itu menuju clara dan satu persatu dari mereka dibopong oleh ara dan pak sopir.
"Kita mau kemana neng?" tanya pak sopir.
"Rumah sakit pak"
Ketiganya sangat lemas saat itu, clara duduk diantara brandon dan rama. Sedangkan Arga didekat pak sopir.
"Thanks ya ra" ucap lirih brandon yang hanya dibalas senyuman oleh ara.Meskipun kamu menghindar dengan 1000 alasan yang tak membuatku mengerti, itu bukan alasanku untuk tetap peduli padamu (Clara)
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara (Completed)
ChickLitClara Quenna Azzahra anak baru gede yang bergelimang harta,cinta dan tahta. Anak pertama dari keluarga Adiwijaya pengusaha tersukses di Jakarta. Clara atau yang biasa dipanggil Ara sudah bisa dibilang sempurna hidupnya. Bagaimana tidak? ia memiliki...