"Gue mau jadi temen lo, temen deket juga ga papa." Tukas Lyn santai sembari terus menggenggam tangan Dev.
Kini jantung Dev berdegup lima kali lipat dari sebelumnya. Mendengar pernyataan Lyn yang menggembirakan baginya, sungguh benar-benar membuatnya melayang saat ini. Walaupun hanya sebatas teman tapi Dev bahagia karena teman adalah awal dari sebuah cinta, menurutnya.
"Serius?" Tanya Dev memastikan
"Ya bawel deh, udah yuk ah laper ntar kalo gue pingsan lagi gimana?"
"Ya udah yuk!".
Kemudian mereka beranjak pergi dan menuju ke salah satu restoran di dekat sana. Tak lama sampailah mereka di restoran tersebut, disana mereka duduk dan memesan makanan serta menyantapnya. Terlihat Lyn yang sangat lahap menyantap makanannya hingga Dev terkekeh melihat mulut Lyn yang sedikit belepotan karena begitu semangat menyantap makanan.
Setelah selesai makan Dev pun berniat untuk mengantar Lyn pulang.
"Langsung pulang aja kan?" Tanya Dev
"Gak" jawab Lyn santai.
"Loh kenapa?"
"Sepi dirumah, kalo udah menuju sore gini Bunda pergi ke butik, Ayah lembur dan Abang gue pasti main basket sama temen-temennya."
"Ya udah main ke rumah gue aja ya? Lo kan belum pernah ke rumah gue."
"Hm" jawab Lyn berdehem pelan.
Tak lama sampailah mereka di rumah Dev yang bisa dikatakan mewah, diterasnya terdapat berbagai macam bunga dari segala jenis. Sepertinya sang pemilik rumah sangat suka berkebun jika dilihat dari tatanan lingkungannya.
Tok Tok Tok
Dev mengetuk pintu dan menekan bel beberapa kali hingga seorang wanita dengan celemek di bahunya serta pakaian yang berbau dapur membuka pintu dan menampakan diri di ambang pintu.
"Eh Aden udah pulang? Mari masuk Den" ucap wanita tersebut
"Makasih Bik, eh Bik Eti Mama udah pulang belum?" Tanya Dev
"Sudah Den, Nyonya ada di taman belakang lagi nyiramin bunganya," jawab wanita yang diketahui bernama Eti yaitu pembantu rumah tangga di rumah Dev
"Edelyn lo duduk di sini dulu ya? Gue mau ganti baju dulu" suruh Dev pada Lyn dan dibalas dengan satu anggukan Lyn.
Lyn mendudukkan diri di sofa ruang tamu—di rumah Dev. Disana ia melihat-lihat foto-foto yang terpajang rapi di ruang tamu itu. Rumah Dev sangat besar dan mewah menurutnya, ukuran ruang tamunya saja besarnya sudah tiga kali lipat jika dibandingkan dengan ruang tamu miliknya, padahal menurutnya ruang tamu di rumahnya sudah cukup untuk dibilang besar.
Dibelakang ruang tamu tersebut terdapat ruang keluarga yang tak kalah besarnya. Antara ruang tamu dan ruang kelaurga hanya dipisahkan oleh lemari besar yang digunakan untuk memajang foto dan beberapa buku disana.
Lyn sedikit tercengang saat menoleh kesamping kanan ruangan disana ia melihat ruangan berdinding kaca yang terdapat banyak buku di dalamnya dan tentunya terdapat beberapa bunga dalam vas disana.
"Rumahnya gede banget ada ruang bacanya lagi," gumam Lyn
"Kalo lo mau baca, masuk aja yuk! " ucap Dev
Lyn menoleh kearah samping, disana ia membelalakan matanya terkejut saat mendapati Dev yang sudah berganti baju dan duduk disebelahnya.
"Astagaa! Devano ngagetin aja deh!"
"Gimana? Mau masuk perpus rumah gue?" Tanya Dev
"Mau banget" jawab Lyn mengangguk antusias.
Keduanya memasuki ruangan tersebut. Saat memasuki ruangan itu Lyn benar-benar takjub melihat banyaknya buku yang tertata rapi disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH (HIATUS)
Teen Fiction[Warning! Cerita ini tidak didasari atas cerita lain. Dihimbau untuk tidak berhenti membaca sebelum sepenuhnya membaca. (Biasakan membaca author note)] "Kau tahu menantimu adalah hal terindah yang pernah kulakukan. Dan kamu adalah apa yang selalu ak...