Lyn duduk di kursi tepat didepan panggung cafe yang biasanya diperuntukkan untuk para penyanyi yang bekerja di cafe tersebut. Berkali-kali ia mengecek arloji yang melingkar indah di tangan kirinya. Dirinya benar-benar sudah lelah menunggu lama seorang Devano yang sudah membawanya ke cafe ini lalu memerintahkan Lyn untuk duduk dan menunggunya dengan alasan akan buang air kecil ke toilet sebentar.
"Ini ke kamar mandi mau pipis atau mau mandi sih, lama banget!" Gerutu Lyn yang sudah menunggu lama.
Tak berselang waktu lama tiba-tiba saja seseorang naik ke atas panggung dan mengedipkan matanya ke arah Lyn. Sontak saja Lyn tersipu dan menunduk untuk menahan rasa malunya.
Seseorang yang naik ke atas panggung adalah seseorang yang Lyn kenal dan menyebalkan baginya. Ya, dia Dev.
"Cek, cek.." Dev mengetes mikrofon yang berada di hadapannya.
"Selamat sore semuanya!" Sapa Dev semangat yang mendapat balasan dari seluruh pengunjung cafe.
"Berdirinya saya disini adalah untuk mengungkapkan seluruh penyesalan dan permintaan maaf saya kepada seorang gadis yang duduk tepat di depan saya," ucap Dev seraya menunjuk meja yang ditempati Lyn.
"Saya akan membacakan sepatah ataupun dua patah kata untuknya." Sambung Dev yang disusul tepuk tangan riuh pengunjung cafe.
Tapi tidak dengan Lyn ia sama sekali tidak memberikan tepuk tangannya. Dan kini pipinya sudah benar-benar terasa panas dan ia yakin kini pipi halusnya sudah berwarna merah padam.
"Hari-hariku terasa sepi, tanpa hadirnya pelangi.
Yang selalu memberi warna warni.
Yaitu kamu Edelyn Celmira Nathalie.
Jadi, berikan senyumanmu untukku.
Agar aku bisa semangat kembali menjalani hari.""Biar hujan menghilang.
Tapi, tawamu jangan.
Biar ombak di laut surut.
Wajahmu jangan cemberut.
Walau hanya kata maaf.
Yang penting ikhlas.
Jadi, senyum lagi Edelyn.
Buat matahari iri dengan senyum manismu.
One again, i'm sorry my love."Ungkap Dev puitis yang langsung disambut dengan tepuk tangan yang kini lebih riuh dari sebelumnya.
Setelah selesai berpuisi Dev langsung menghampiri Lyn yang duduk manis di kursinya.
"Gimana? Mau maafin?" Tanya Dev pada Lyn.
Namun tak ada jawaban dari Lyn. Yang hanya ada suara dari pengunjung cafe yang bersorak ria melihat perilaku romantis Dev.
"Mau atau gak?" Tanyanya lagi.
"Ada cara lain selain ini? Lo buat gue gerogi tau," lirih Lyn seraya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal.
Dev tersenyum manis ke arah Lyn dan mengatakan.
"Karena gue tau, selain cara ini pasti gak bakalan berhasil. Karena lo pasti akan menghindar dari gue. Jadi?"
"Iya, gue maafin." Dalam satu tarikan nafas Lyn menjawab.
Dev merasa lega karena sudah dimaafkan oleh gadis yang ia cintai. Namun perasaannya belum benar-benar lega karena harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan cinta Lyn.
Tak lama mereka pun pulang dengan menggunakan mobil Dev.
Suasana di dalam mobil hening dan sama sekali tak ada yang membuka suara. Karena risih dengan keheningan diantara mereka, Dev memutuskan untuk membuka suara terlebih dulu.
"Edelyn?" Panggil Dev.
"Iya," jawab Lyn.
"Lo udah beneran maafin gue kan?"
"Tergantung,"
"Tergantung?" Tanya Dev mengernyit.
"Ya, kalo lo mau berubah dan beneran serius." Jelas Lyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH (HIATUS)
Teen Fiction[Warning! Cerita ini tidak didasari atas cerita lain. Dihimbau untuk tidak berhenti membaca sebelum sepenuhnya membaca. (Biasakan membaca author note)] "Kau tahu menantimu adalah hal terindah yang pernah kulakukan. Dan kamu adalah apa yang selalu ak...