Wanita paruh baya yang usianya hampir setengah abad itu terus mengerang, memegangi perutnya kuat-kuat. Sudah lebih dari sepuluh menit wanita itu merasakan sakit yang luar biasa karena tikaman diperutnya. Kaki yang mulai melemah akibat kuatnya pasung yang menempel padanya dengan kedua tangan yang diikat. Wanita itu meringkuk berusaha keras menekan perutnya agar sakitnya tidak semakin menjadi.
Ditemani pria paruh baya dengan badan kekar yang sibuk berkutat dengan ponselnya, yang entah sedang menelfon siapa. Suara pria itu terdengar menggelegar kala berbicara dengan lawannya diujung telepon. Mengerikan, wanita itu berusaha sekuat mungkin agar tidak bersuara. Namun ketakutan yang melebihi ambisinya terus membuat air matanya mengalir seolah meneriakkan seluruh rasa sakitnya. Bibirnya terkunci, terisak sebisanya.
Pria itu mendekat semakin mendekati wanita itu, lalu berjongkok memandang keji sosok dihadapannya. Pria itu menarik dagu wanita tua lalu membuangnya kasar, mengambil pisau kecil di sakunya lalu menyodongkannya pada wanita itu. Tepat dileher wanita itu ia menghentikkan pisau kecil nan tajamnya, menatap lekat-lekat dengan rasa dendam dan kebencian yang luar biasa. Pria itu sudah tidak busa menahannya lagi ia hendak menekan pisau yang berada pada leher wanita itu, namun tiba-tiba pandangannya kabur punggungnya merasakan nyeri yang luar biasa. Tulang rusuknya seperti luluh lantak. Pria itu terjatuh pingsan tak berdaya.
—"Brengsek," umpat Rafael kala mengingat kejadian yang hampir merenggut nyawa Mamanya.
"Dasar lelaki tua bodoh! Aargh! Kenapa gue harus mengingat hal itu kembali. Gara-gara dia Mama menjadi seperti ini!" Rafael menggenggam tangan Mamanya yang tengah terbaring tak berdaya di hadapannya. Selang infus masih terpatri pada tangan Nita—Mamanya. Defribilator mengalunkan iramanya yang memilukan.
Sudah dua bulan Nita terbaring seperti ini dan belum juga membuka matanya. Rafael terus merutuki lelaki brengsek Ayahnya itu. Mengapa ia harus memiliki Ayah yang tidak memiliki belas kasih sedikitpun. Rafael akui Ayahnya memang sangat hebat, bisnisnya lancar tetapi mengapa hanya karena Nita mengambil alih perusahaannya yang hampir bangkrut karena Ayahnya melakukan tindakan korupsi dan Nita berusaha melindungi semuanya dengan melaporkan Ayah Rafael yang masih bernotaben sebagai suaminya itu kepada kepolisian untuk mencegah terjadinya tindakan tidak senonoh tersebut. Tetapi apa? Upaya Nita sama sekali tidak berhasil. Ayah Rafael malah menculik Nita dan memperlakukannya dengan sangat kasar.
Sejak kejadian yang menimpanya lalu, Rafael semakin menjauh dari keluarga, sahabat termasuk Lyn. Ia memang selalu masuk sekolah tetapi tidak pernah menampakkan wajahnya didepan mereka. Sekarang Rafael telah beranjak kelas dua belas, banyaknya ujian yang telah terlewat telah membuat Rafael semakin dewasa dan mulai mampu mengendalikan dirinya.
***
Lyn terus memeluk boneka pemberian kekasihnya yang diberikan untuknya ketika ia terbaring lemah di rumah sakit dulu. Sudah dua hari Dev menghilang begitu saja tanpa kabar apapun. Selama itulah Lyn menjalani kehidupannya tanpa semangat sedikitpun. Sahabat-sahabatnya sudah menghiburnya, bahkan setiap hari. Tetapi tidak ada perubahan yang ditunjukkan Lyn, Lyn malah semakin tak karuan. Hidupnya seperti berantakan. Lyn tidak memiliki nafsu makan sama sekali, tubuh mungilnya mengurus hanya dalam waktu dua hari.
Lyn sadari bahwa dia memang benar-benar mencintai Devano. Hanya boneka inilah yang menemani Lyn.
Lyn menitihkan air matanya. Betapa mengenaskan dirinya saat ini.
"Kamu kemana? Katanya enggak akan ada yang meninggalkan ataupun ditinggalkan. Tapi kenyataannya?" tangisan Lyn semakin deras.
Lyn memejamkan matanya, dalam kegelapan mengapa ia selalu terbayang akan kenangan manis Lyn dan Dev. Dan bayangan itu terasa seperti semakin nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH (HIATUS)
Teen Fiction[Warning! Cerita ini tidak didasari atas cerita lain. Dihimbau untuk tidak berhenti membaca sebelum sepenuhnya membaca. (Biasakan membaca author note)] "Kau tahu menantimu adalah hal terindah yang pernah kulakukan. Dan kamu adalah apa yang selalu ak...