Part 13

62 10 2
                                    

Dev membaringkan kepalanya diatas kasur di kamarnya, kepalanya terasa begitu berat saat ini. Kejadian di sekolah yang membuat kepalanya semakin berat dan membuatnya merasa bersalah, tak enak, walaupun ada sedikit rasa bahagia di hatinya.

Bagaimana tidak? Ia baru saja mencium wanita yang ia cintai dengan ketidaksengajaan. Jujur, sebenarnya Dev merasa takut akan hal itu  karena untuk pertama kalinya ia menyentuh bibir seorang gadis  apalagi gadis ini adalah gadis yang bisa membuatnya luluh dan hanya gadis ini lah yang membuat Dev tidak bersikap cuek seperti yang ia lakukan pada gadis yang lainnya.

"Aarghh, kenapa jadi gini sih! Gimana kalo Lyn malah mikir yang macem-macem ke gue? Gimana kalo dia malah ngejauh? Ini semua gara-gara Pak Ajid kalo dia gak nepuk bahu gue mana mungkin gue nyi— aarrgh!" Cibir Dev seraya menjambak rambutnya.

"Udah salah diomelin lagi gue! Guru macem apa sih!" Lanjutnya.

***

Seorang gadis berjalan seraya memegangi bibirnya sepanjang jalan, ia tak menyangka bahwa ini akan terjadi. Dia benar-benar tak menyangka itu.

"Lo kenapa sih? Megangin bibir mulu dari tadi," tanya Clara pada Lyn yang tak henti-hentinya memegangi bibirnya.

"Ra, gu-gue" jawab Lyn terbata.

"Lo kenapa?" Tanya Clara.

Kemudian Lyn mendekatkan bibirnya ke telinga Clara dan membisikkan sesuatu disana.

"HAH?! Seriusan lo?  Astaga kok bisa?  Gue gak nyangka ya lo mau ngelakuin itu, bisa-bisanya lo!  Gue aduin Bang Ray tau rasa lo," ancam Clara.

"Itu gak sengaja, gara-gara Pak Ajid nepuk bahu Dev waktu lagi latihan dansa sama gue, reflek Dev langsung lang-langsung anu," jelas Lyn seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Wah bahaya nih,"

"Ah udahlah gak usah dibahas, gue juga lagi kesel tau gak sih sama dia, dia terlalu kekanak-kanakan banget!"

"Itu yang kejadian ditaman?" Tanya Clara memperjelas.

"Iya, udahlah yuk pulang. Tuh taksi nya udah dateng,"

Lalu keduanya masuk ke dalam taksi dan pergi untuk pulang.

Sesampainya dirumah.
Lyn melemparkan tasnya sembarang, ia sering melakukan itu karena jika ia kesal ia pasti akan melempar tasnya sembarang.

Kemudian iapun melepas sepatunya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah itu ia turun dan duduk di ruang keluarga untuk menonton TV, seperti biasa disamping menonton TV ia pasti akan memakan snack kesukaannya.

Tokk Tokk Tokk

Suara ketukan pintu berbunyi, Lyn pun menghentikan kegiatan makannya lalu berjalan membukakan pintu. Betapa terkejutnya Lyn, saat mendapati seseorang yang sangat familiar dan seseorang yang sangat ia rindukan saat ini.

"Ayaaahh!!" Pekik Lyn girang seraya menghamburkan pelukannya pada lelaki paruh baya yang diketahui bernotaben sebagai Ayahnya.

Sedangkan Ayahnya—Robert hanya tersenyum lebar saat mendapati Putri satu-satunya yang membukakan pintu.

"Ayah Elyn kangen," ucap Lyn.

"Ayah juga kangen banget sama kamu sayang," balas Robert.

"Bunda mana nak?" Sambungnya.

"Ada kok, ayo masuk. Sini biar Lyn aja yang bawain kopernya, Ayah pasti capek 'kan?" Pinta Lyn.

Sedangkan Robert hanya mengangguk mengiyakan seraya mencium kening Putri nya yang kini tengah mengambil koper miliknya dan menariknya.

CRUSH (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang