Part 29

29 1 0
                                    

Hari telah berganti, namun suasana hati Lyn sama sekali tak ikut berganti. Hatinya masih terluka oleh ucapan Dev yang justru seakan menyalahkan dirinya.

Kadang Lyn merasa takdir mempermainkannya. Ada kala, ia merasa sangat bahagia dan merasa paling dicintai seperti dulu, dan ada kalanya pula ia merasakan keadaan yang bertolak belakang seperti saat ini. Terlintas dalam pikiran Lyn. Apakah ini semua akan baik-baik saja? Apa mungkin ini semua memang salahnya jika mempermasalahkan hal itu? Lyn belum menemukan jawabannya.

Pagi ini Lyn berangkat ke sekolah lebih awal untuk menghindari Dev yang ia yakini akan menjemputnya.

Semua kejadian kemarin seluruhnya telah ia ceritakan secara detail kepada Ray selaku kakaknya, dan Lyn meminta Ray untuk mengantarnya ke sekolah sebelum Dev datang untuk menjemput. Meski Ray ada kuliah siang, ia rela untuk bangun lebih awal demi mengantar adiknya ke sekolah. Karena Ray tau jika perasaan cewek akan lebih sensitif saar sedang patah hati.

Benar saja, pagi ini Dev datang menjemput Lyn dan beruntungnya Lyn telah berangkat lebih dulu bersama Ray.

Dev memarkirkan motornya di halaman rumah Lyn, lalu menekan bel, tak lama Almira pun membukakan pintu.

"Assalamu'alaikum tante,"

"Wa'alaikummussalam. Eh, ada Devano, mau jemput Elyn ya? Aduh, Elynnya sudah berangkat sama Abangnya nak. Memangnya Lyn gak bilang sama kamu?" tanya Almira.

"Nggak bilang apa-apa sama sekali, semalam Dev kirim pesan juga nggak dibalas, ditelfon juga nggak diangkat. Ya sudah deh, Dev berangkat dulu ya tan." jawab Dev.

"Oalah, iya hati-hati ya Dev, jangan ngebut-ngebut loh." pesan Almira.

Saat ini Dev merasa khawatir, tidak biasanya Lyn bersikap seperti ini. Apa ucapannya ada yang salah? Tapi tak ada salahnya membela sahabat sendiri bukan? Entahlah, Dev tak tau. Yang ia tau sekarang ia harus bergegas berangkat ke sekolah untuk meminta klarifikasi kepada Lyn.

***

Sampainya di sekolah, Dev langsung menuju kelas Lyn dan ia tak mendapati sosok yang dicari sama sekali. Ia pun melihat seorang gadis teman Lyn yang sedang melaksanakan piket.

"Eh, lo liat Lyn gak?" tanya Dev.

"Tadi sih katanya mau pinjam topi upacara sama anak PMR di UKS." Jawab teman Lyn.

Tanpa ucapan terimakasih Dev langsung pergi menuju UKS untuk mencari Lyn.

Lyn yang sedang meminjam topi upacara pun ditarik tangannya oleh Dev.

"Lyn, ikut aku!" pinta Dev.

Dev membawa Lyn menuju taman belakang sekolah.

"Ada apa sih? Lepasin tangan aku!" ucap Lyn.

Dev pun melepaskan genggamannya, lalu menghela napas kasar.

"Kamu kenapa sih?" tanya Dev.

"Aku? Nggak kenapa-napa kok." jawab Lyn seadanya.

"Aku tanya kamu kenapa?" Dev mengulang pertanyaannya.

"Apa sih? Orang aku nggak apa-apa kok!" jawab Lyn lagi.

"Kalau nggak kenapa-napa kenapa chat aku sama sekali nggak kamu read? Telfonku juga nggak diangkat. Dijemput malah udah berangkat duluan. Kamu marah sama aku?" lanjut Dev.

"Handphone aku mati semalam, aku berangkat duluan ya karena aku ada piket dan ini aku mau pinjam topi sama anak PMR. Itu aja kok," jelas Lyn.

"Sengaja dimatiin?" tanya Dev menaruh curiga.

"Enggak, handphone aku lowbat!" alibi Lyn.

Sebenarnya memang sengaja Lyn mematikan ponselnya agar tak perlu bertukar kabar dengan Dev. Tujuannya agar mereka saling menenangkan pikiran agar tau letak kesalahan masing-masing.

"Emangnya nggak bisa balas chat pagi-pagi? Tumben kamu minjam topi, emang topi kamu lari kemana?" tanya Dev bertubi-tubi.

"Aku enggak sempat buka handphone Dev, topi aku ketinggalan. Aku ada piket juga hari ini."

Ya, semua jawaban Lyn benar. Ia memang tak sempat membuka ponselnya karena terburu-buru takut Dev menjemputnya lebih awal, hal itu pula yang membuat topinya tertinggal.

"Kenapa sih, curigaan banget?" lanjut Lyn.

"Sikapmu yang nggak kayak biasanya yang buat aku curiga! Kamu sengaja mau menjauh dari aku? Atau kamu masih mempermasalahkan kejadian kemarin? Segitunya kamu sama aku. Masa nggak percaya sama pacar sendiri? Aku itu nggak ada apa-apa sama Renata Lyn. Jangan begini!" Dev sedikit meninggikan nada suaranya.

"Kok kamu malah jadi bawa-bawa Renata lagi sih? Aku tau dia siapa kok. Aku percaya sama kamu! Aku sama sekali nggak ingin mempermasalahkan itu lagi Dev! Iya, aku menjauh dari kamu supaya kita sama-sama bisa nenangin pikiran satu sama lain. Biar kita saling introspeksi diri kita masing-masing! Udahlah, terserah kamu. Aku capek, berdebat sama kamu nggak akan ada habisnya!" Lyn juga mulai tersulut emosi.

Dev menghela napas pelan. Menyadari bahwa pacarnya mempunya maksud yang benar dengan menjauh darinya.

"Lyn, dengar ya. Aku itu sayang banget sama kamu. Aku minta maaf, tolong jangan bersikap seperti ini lagi. Kamu tau? Aku khawatir sama kamu kalau kamu ilang-ilangan begini. Aku nggak mau kehilangan kamu. Jadi, tolong jangan mempermasalahkan hal ini lagi ya sayang?" ucap Dev lembut lalu menarik Lyn ke dalam pelukannya.

"Janji ya, jangan ninggalin aku?" ucap Dev.

"Aku janji. Nggak ada alasan buat ninggalin kamu, kecuali kamu yang buat alasan itu. Jadi, kamu juga harus janji jangan buat alasan untuk aku ninggalin kamu." balas Lyn.

"Iya sayang, aku janji nggak akan mengukir alasan itu."

Keduanya pun hanyut dalam pelukan kasih sayang. Pelukan yang penuh kedamaian.

🌟🌟🌟

Haiiiiii
Maaaf ya aku nggak bisa nepatin untuk update satu minggu sekaliii:(

Tapi kalian harus tetap stay tune yaaaaaaa!!❤❤❤

CRUSH (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang