Hari-hari telah berlalu dan ujian akhir semester atau yang biasa disebut dengan ujian kenaikan kelas semakin dekat, semua siswa-siswi pasti tengah mempersiapkan diri juga materi untuk ujian minggu depan. Ujian akhir menentukan nasib mereka.
Begitu juga dengan gadis yang sebentar lagi akan menginjak usia 17 tahun dalam dua minggu lagi. Ya, dia Edelyn Celmira Nathalie.
Gadis itu kini tengah berada di rooftop kamarnya, seraya membaca buku-buku pelajaran yang akan diujikan minggu depan. Lyn termasuk anak yang rajin dan memperhatikan pelajaran.
Tokk.. Tokk.. Tokk
Seseorang mengetuk pintu kamar Lyn.
"Masuk, gak di kunci" teriak Lyn.
Kemudian orang itupun masuk dan duduk di samping Lyn. Dan orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Devano. Dev mencolek lengan Lyn yang belum sadar akan kehadirannya.
"Dev, sejak kapan lo disini?" Tanya Lyn terkejut.
"Sejak lo sibuk sendiri," jawab Dev.
"Lo gak belajar?" Ujar Lyn.
"Ini mau,"
"Mana bukunya?"
"Gak perlu buku,"
"Gimana sih, emang lo mau belajar apaan gak pake buku?"
"Kan gue lagi belajar mencintai dan dicintai lo,"
"Gak lucu," ketus Lyn.
"Tapi sweet kan?" Goda Dev seraya menaik turunkan kedua alisnya.
Lyn sama sekali tak menjawab, kini ia tengah sibuk dengan pipinya yang merah merona karena Dev.
***
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Ini adalah hari penentuan para murid. Semua murid pastinya telah mempersiapkan materi dengan matang, meskipun begitu mereka pastilah tak tenang jika ujian belum berakhir dan nilai raport semester yang membuat deg-degan.
Kini Lyn dan Vannia tengah berjalan bersama di koridor sekolah. Mereka pastinya tengah membahas betapa gugupnya menghadapi ujian akhir semester.
"Lyn gue deg-degan nih, lo udah belajar belum?" Tanya Vannia.
"Udah, lo sendiri?" Lyn bertanya balik.
"Udah juga kok," balas Vannia.
Disaat sedang asyik ngobrol tiba-tiba saja Ray berlari dari arah berlawanan menghampiri Lyn dan Vannia.
"Abang, ngapain lari-larian?" Tanya Lyn pada Ray.
"Gak apa-apa dek, hai Vannia." Balas Ray lalu menyapa Vannia.
"Haii juga," sahut Vannia dengan senyuman.
Melihat logat Ray yang sedikit aneh dan terlihat gugup pagi ini, Lyn merasa heran sendiri.
"Tumben, Abang Kenapa?" Tanya Lyn dengan nada bicaranya yang sedikit menginterogasi.
"Oh, anu Abang gak apa-apa kok. Sans kali kayak biasanya. Ya gak Van?"
"Eh, i-iya Bang." Jawab Vannia.
"Jangan panggil Bang tapi yang," celetuk Ray.
"Hah? Abang ngomong apa?" Tanya Lyn sedikit memperjelas.
"Engga Abang gak ngomong apa-apa,"
"Abang gak jelas, yuk Van!"Lyn dan Vannia pun pergi ke dalam kelas, dan mempersiapkan materi agar lebih matang lagi. Karena sekitar 10 menit lagi mereka akan melaksanakan ujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH (HIATUS)
Teen Fiction[Warning! Cerita ini tidak didasari atas cerita lain. Dihimbau untuk tidak berhenti membaca sebelum sepenuhnya membaca. (Biasakan membaca author note)] "Kau tahu menantimu adalah hal terindah yang pernah kulakukan. Dan kamu adalah apa yang selalu ak...