"Oh my lovely secret Edelynnn...
Kau sangat cantik hari ini.. Baumu sangat wangi, bahkan saat kau mengeluarkan angin pun, angin itu berbau wangi.. Angin yang berbunyi tut..tutt..tuttt oh sangat mengesankan dan sanga—""Eh lo mau bikinin gue puisi tentang Lyn atau tentang angin yang bunyinya kentut hah?" Kesal Dev pada Kevin yang malah tak jelas berpuisi.
"Lah katanya lo minta bikinin puisi, gimana si ah!"
"Ya nggak gitu juga ogeb!" Gerutu Dev seraya melemparkan kulit kacang ditangannya.
"Eits! Jangan kotorin kamar gue," tegur Kevin.
"Ck, mana katanya mau bikinin gue puisi. Gimana sih lo!" Bahas Dev lagi.
"Oke, ambilin kertas sama bolpoin noh diatas meja." Suruh Kevin yang langsung dilakukan oleh Dev.
"Mana hp lo?" Tanyanya.
"Buat apa?" Balas Dev penasaran.
"Udah cepet!" Pinta Kevin tak sabar. Kemudian Dev pun menyerahkan ponselnya pada Kevin.
"Pegang bolpoin sama kertasnya, gue ngomong lo nyatet,"
"Hah?" Tanya Dev . "Browsing gitu?" Sambungnya yang langsung mendapatkan anggukan oleh Kevin.
"Bikin puisi gini doang browsing?" Ucap Dev meremehkan.
"Emang lo bisa?" Tanya Kevin.
Dev menjawab, "Yaa gak juga sih," jawabnya seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Makannya, udah cepet!"
Kemudian mereka berdua pun menulis puisi hasil browsing dan mencatatnya di kertas.
***
Lyn melangkahkan kakinya malas ke meja makan, jujur ia sangat malas untuk makan saat ini. Namun, Bundanya yang terus saja memaksanya dengan alasan sakit mag yang diderita oleh Lyn.
Dimeja makan sudah ada Ray, Robert yang tengah duduk manis, sedangkan Almira tengah sibuk mengambilkan nasi untuk keduanya. Dan Lyn yang baru saja datang langsung mendudukkan diri disana.
Ia mengambil piring dan nasi serta lauk sendiri karena Almira—Bundanya tengah sibuk melayani dua laki-laki kesayangannya.
"Elyn, kok dikit banget makannya Nak?" Tanya Almira yang melihat Lyn hanya mengambil sedikit sekali nasi dan lauknya.
Semua menoleh.
"Diet," jawabnya seraya memberikan cengiran.
"Udah kecil gitu mau diet?" Tanya Robert terkejut.
"Elah, Adek segala diet-dietan orang daging aja minim kok diet." Ledek Ray seraya terkekeh.
Sedangkan Lyn hanya memanyunkan bibirnya kesal.
Tak lama ada seseorang yang menekan bel dan beberapa kali mengetuk pintu. Kemudian Almira pun membukakan pintu dan betapa malasnya Lyn saat melihat seorang cowok yang kali ini ia sangat membencinya. Seseorang yang sudah membuatnya terbaring lemah di rumah sakit.
Begitu juga Ray, Ray menatap cowok itu dengan tatapan tak suka dan dengan sorot kebencian. Namun, Almira? Menatap dengan tatapan biasa saja namun berbeda dari biasanya. Kini ia menatapnya tidak dengan kelembutan. Pasalnya ia juga kecewa pada cowok yang diketahui adalah Rafael yang sudah membuat Putri satu-satunya itu sakit selama satu minggu.
"Eh ada Rafael, sini ikut makan Nak." Sambut Robert namun semuanya diam.
"Eh gak usah Om, Rafael udah kenyang tadi barusan udah makan." Tolak Rafael halus. "Umm, saya mau ajak Lyn ke taman sebentar ya Om?" Sambung Rafael.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH (HIATUS)
Teen Fiction[Warning! Cerita ini tidak didasari atas cerita lain. Dihimbau untuk tidak berhenti membaca sebelum sepenuhnya membaca. (Biasakan membaca author note)] "Kau tahu menantimu adalah hal terindah yang pernah kulakukan. Dan kamu adalah apa yang selalu ak...