Hari ini sama seperti hari biasanya, dan aku masih terlalu kecil untuk berpikir apakah hari ini akan berjalan dengan baik atau tidak. Perlahan aku berjalan menuju ke sekolah SD Patra Dharma, tempat aku bersekolah sekarang, sambil sesekali membetulkan letak tas ku yang selalu saja melorot dari pundakku. Semakin lama semakin dekat, dan ya...aku sudah bisa melihat gerbang sekolahku. Seketika itu juga perasaan takut ini pun semakin bertambah, tapi aku tetap berjalan kearah gerbang itu.
"AKU HARUS SEKOLAH!!!!" pikirku dalam hati, sambil terus memegangi dadaku yang sudah terasa sesak karena detak jantungku yang makin lama menjadi semakin cepat.
"Tidak... tidak akan ada apa hari ini....semua akan baik-baik saja hari ini...." Pikirku dalam hati sambil terus-terusan berusaha menenangkan diri.
PLOOOOK!!!!
Tiba-tiba aku merasakan ada tepukan berat di pundakku dan seketika itu pula entah mengapa tas yang tadi kubawa terasa semakin berat.
"Eoy.... Tumben datang pagi-pagi... masukan kelas kan masih lama..." terdengar suara dari belakang, suara yang selama ini terus terusan aku hindari, aku takuti, dan yang paling membuatku muak.
"Eh... anu... uhm... nggak apa kok, uhm... aku emang mau bersih-bersih kelas dulu...uhm..." kataku sambil terbata-bata mencari alasan, dan perlahan berusaha melepaskan diri dari cengkraman si Boni, ya...namanya Boni, bagaimana aku bisa lupa sama anak kelas 5 yang selalu menjahili aku di sekolah. Mulai dari kodok yang dimasukin ke dalam tas ku, sampai noda coklat yang sengaja ditempelkan di celana olah ragaku dan aku harus menahan malu karena sampai saat ini aku jadi bulan-bulanan teman-temanku karena dikira beol dicelana pas jam olah raga.
"Eits... mau kemana sih buru-buru, udah gak usah dibersihin kelasnya, kan ada paman sekolah yang bersihin, mending ikut kita, toh masukan kelas juga masih lama." Kata Boni sambil kembali merangkul aku yang sudah hampir lepas dari rangkulannya.
"Uhm... nggak ah... anu.... Aku pengen ke kelas aja.... " kataku sambil menunduk ketakutan. Sudah lama kupikirkan tentang perlawanan terhadap Boni, malahan hampir di setiap malam saat aku akan pergi tidur, dan saat ini pun hal itu terlintas kembali di benakku.
"AKU HARUS MELAWAN...!!!!" batinku dalam hati.
"Eh ngelawan yah...? udah, klo gue bilang ikut, ya elo harus ikut, gampang kan, nggak usah banyak bacot lu!" kata Boni lagi sambil terus merangkul leherku, aku mulai mencium bau badan Boni yang wanginya, boleh dibilang bisa mengalahkan wangi dari walangsangit (padahal ini masih pagi, masukan sekolah aja juga belum, ini anak mau sekolah mandi nggak sih?apa jangan-jangan bangun tidur, pake baju langsung berangkat sekolah?).
"NGGAK MAU....AKU MAU MASUK KE KELAS!!!" aku berteriak kencang sambil melepaskan rangkulan maut Boni, soalnya kalau nggak aku lepas mungkin aku bisa pingsan karena baunya yang ehm...
"eh lu, nantangin gue yah??!!" Kata Boni sambil mencengkram kerah bajuku, aku yang sudah hampir berhasil melarikan diri jadi terjatuh kebelakang dan tercekik.
"Uhuk...uhuk...Sakiit... ampun Boni ampuuun..." kataku sambil terbatuk-batuk masih agak tercekik karena Boni masih belum melepaskan kerah bajuku.
"Masih berani nantangin gue ?" teriak Boni sambil mukul kepala aku dengan tinjunya yang gempal.
"Nggak... ampun Boni..... Ampun...." aku yang udah nggak tahan dengan cekikan dan tinjunya itu pun mulai menangis.
"Makanya kalau gue bilang ikut, ya elu ikut, klo gue bilang diem ya elu diem, kan gitu enak. Anjing gue dirumah aja gampang kasitaunya, elu kok harus dipukul duru baru ngerti, dasar telmi...!!!" aku mengangguk ringan sambil masih tetep menangis, aku mulai berdoa dalam hati ya Tuhan, tolong buat Boni terkena diare mendadak supaya dia mau melepaskanku dan cepet pergi buat cari toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About You [ COMPLETE ]
RomancePertemuan pertama masa kecil membuat Daniel tidak bisa melupakan sosok Neraine, hingga setelah dewasa ia bertemu Neraine, ia menyadari bahwa ia sudah jatuh cinta pada Neraine