15. Benci

1.1K 87 0
                                    

~Happy Reading~

"Benarkah benci itu berarti benar-benar cinta?"

__________


SELESAI dari acara perlombaan. Manda mengajak ketiga remaja itu untuk makan siang bersama. Sebelumnya Manda berniat makan di rumah, ia akan masak makanan kesukaan Maudy. Namun, gadis itu menolak karena cacing di dalam perutnya sudah memberontak. Kini, mereka semua sudah berada di rumah makan sunda kesukaan Mama Maudy.

"Andra, ayo pesan mau makan apa." Manda memberikan buku menu pada pria itu.

"Iya Tante." Andra menjawab sambil membuka menu makanannya. Nabila memilih duduk di sebelah Manda, sementara Maudy duduk di sebelah Andra.

"Tempatnya bagus deh, Tan." Nabila mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah makan tersebut, menurutnya sangat nyaman.

"Iya, ini tempat favorite Tante sama Om. Tante senang makan di sini, selain makanannya enak tempatnya juga nyaman." Manda mengungkapkan dengan antusias.

"Oh begitu, Maudy sering diajak juga nggak Tan?" Nabila bertanya, matanya masih berkeliling memerhatikan desain interior di rumah makan tersebut. Rumah makan ini memang favorite Manda karena ia sering datang dengan Adelio. Selain tempatnya yang nyaman makanannya juga enak. Suasana rumah makan di desain dengan nuansa pedesaan, walaupun terletak di ibu kota yang dengan segala kehiruk pirukannya. Namun, dengan desain yang menarik seperti ini menambah kesan nyaman bagi para pengunjung.

"Dia jarang mau, senangnya di tempat makan kekinian gitu." Manda menyindir sang anak.

"Ish Mama, nggak gitu juga. Kalau diajak juga Ody ikut. Mama aja penginnya makan berdua sama Papa," balas Maudy sebal.

"Nak Andra, kamu berapa bersaudara?" Manda bertanya tiba-tiba.

"Saya dua bersaudara Tante. Saya anak pertama dan adik saya perempuan masih duduk di kelas lima Sekolah Dasar." Andra bercerita, sesekali memerhatikan Maudy yang sibuk dengan ponsel pintarnya.

"Ibu kamu katanya punya warung soto ya?" Manda lagi-lagi bertanya.

"Kok Tante tau?" Andra balik bertanya.

"Tante tau dari asisten rumah tangga tante, Mbak Ratna namanya. Katanya rumah kamu nggak jauh dari rumahnya."

"Oh Mbak Ratna kerja di rumah Tante? Dia langganan sotonya Bunda tuh," ujar Andra. Maudy dan Nabila hanya mendengarkan saat Andra sedang bercerita kepada Manda.

"Kapan-kapan Tante boleh dong mampir, makan soto buatan Bunda kamu."

"Boleh dong Tante, main aja kapan Tante mau." Tak lama kemudian makanan yang dipesan sudah datang. Tanpa basa-basi, Maudy langsung melahap ayam bakar yang masih hangat itu.

"Ody, baca doa dulu nak! Makannya nggak usah terburu-buru begitu," ujar sang Mama.

"Udah mah, Ody laper Mah maklum tenaga banyak yang terkuras tadi." Maudy menjawab penuturan Manda dengan mulut yang dipenuhi nasi.

"Pesenan lo sama Andra samaan deh cie ..." Nabila menggoda tiba-tiba. Refleks Maudy melihat ke arah menu makanan yang Andra pesan dan ia terkejut. Ah iya Andra memesan ayam bakar juga lalu ia tersedak.

"Uhuk ... Uhuk ..."

"Minum Ody, Mama bilang juga apa. Kalau makan itu pelan-pelan nak!" Manda menepuk punggung anaknya dengan lembut.

Andra membantu Maudy minum karena ia kesulitan dengan tangannya yang kotor, akibat makan dengan menggunakan tangan. Tapi ada apa dengan jantungnya, kenapa jantungnya berdebar tidak karuan seperti ini?

I LOVE YOU, MY PRIVATE TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang