37. Aku Sayang Kamu

1.9K 105 8
                                    

~Happy Reading~

"Cinta itu seperti batuk, sama-sama tidak bisa di sembunyikan."

__________


MAUDY berniat menjenguk Andra kembali setelah pulang kantor nanti, maka dari itu ia segera menyelesaikan semua pekerjaannya. Rapat ia majukan di siang hari agar sebelum sore semuanya sudah selesai.

Bunyi ketukan pintu, membuat Maudy menghentikan sejenak aktivitas memeriksa beberapa berkas di atas meja. Citra menyembul di balik pintu setelahnya gadis itu masuk dan menghampiri atasannya.

"Mbak Maudy, dipanggil bos besar." Citra menyampaikan maksud kedatangannya.

"Saya? Ada apa ya?" Maudy sedikit bingung. Ada apa sang Papa memanggilnya, semua laporan yang diperlukan sudah ia email tadi pagi. Meeting dengan department terkait klien baru, juga sudah selesai. Daripada penasaran, ia memutuskan untuk segera menyambangi ruangan Adelio.

"Ya sudah, sebentar lagi saya ke sana." Citra mengangguk sebagai tanda bahwa ia mengerti. Setelah itu, ia kembali ke ruangannya.

Maudy berjalan menuju ruangan Adelio, sebelum masuk ia mengetuk pintu terlebih dahulu. Terlihat sang Papa sedang menerima telepon di ponselnya. Adelio menyapa Maudy dengan melambaikan sebelah tangannya ke atas, secara tidak langsung menyuruh Maudy untuk menunggu sampai ia menyelesaikan percakapannya ditelepon. Maudy mengangguk lalu duduk di sofa yang ada di dalam ruangan tersebut.

"Katanya Papa manggil Ody, ada apa Pah?" Maudy bertanya saat melihat pergerakan Adelio yang meletakkan ponselnya di atas meja.

"Ini sayang klien kita yang baru ngajak makan malam, kamu bisa ikut kan?" Adelio menyampaikan maksudnya lalu mengikuti maudy yang sudah duduk di sofa.

"Malam ini Pah?" Maudy menatap Adelio dengan perasaan cemas.

"Iya malam ini sayang, tadi Pak Henry telepon Papa untuk ngasih tahu hal ini makanya Papa manggil kamu ke sini. Kamu bisa ikut kan, ini klien pertama kamu loh." Maudy merasa ragu, disatu sisi ia ingin menunjukkan kualitas pekerjaannya sebagai pegawai professional. Namun, di sisi lain ia juga ingin menjenguk Andra. Setidaknya Maudy ingin meminta maaf pada pria itu perihal sikapnya kemarin.

"Ya udah, Ody ikut Pah." Maudy memutuskan.

***

"Andra, makan siang kamu kenapa belum dimakan. Ini sudah sore loh, dan kamu juga belum minum obatnya." Andra masih sibuk menonton sebuah acara di televisi, menghiraukan ucapan sang Bunda yang sedari tadi menyuruhnya untuk makan. "Kamu kenapa sih? Apa karena nggak ada Nabila?"

"Bukan Bunda, lagipula Andra nggak enak ngerepotin Nabila terus. Dia kan juga punya urusan sendiri," jawabnya berubah prihatin.

"Terus kamu kenapa? Bunda perhatikan sejak tadi kamu murung Nak." Ayu terlihat cemas melihat sang anak yang tidak bersemangat.

"Nggak apa-apa Bunda, Andra cuma bosan aja di rumah sakit ini. Kapan Andra keluar ya?"

"Ya sabar Ndra, kamu kan belum sembuh benar. Makanya nanti kalau udah sembuh hati-hati, jangan sukanya ngebut-ngebut di jalan!" Ayu mencoba menasihati kembali anaknya.

"Iya Bunda, kan Andra udah bilang. Kemarin tuh kejadiannya cepet banget tahu-tahu Andra udah pingsan."

"Memangnya kamu lagi mikirin apa sih kemarin, nyetir sambil melamun begitu." Ayu menatap lekat ke mata Andra.

"Andra nggak melamun Bunda," tepis Andra menatap balik sang Bunda.

"Bunda nggak percaya sama kamu," sahut Ayu cuek.

I LOVE YOU, MY PRIVATE TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang