~Happy Reading~
"My new life is my new spirit"
__________
MAUDY sudah berada di bandara. Manda dan Adelio mengantar Maudy sampai di depan pintu pemeriksaan keamanan. Sebelum masuk Maudy memeluk kedua orangtuanya secara bergantian. Maudy sedih karena harus berpisah dengan mereka berdua. Begitu pula dengan orangtuanya, mereka berdua akan sangat merindukan putri semata wayangnya yang akan tinggal di negara orang. Selama ini mereka tidak pernah berjauhan dalam waktu yang lama, namun kali ini Maudy akan pergi dalam jarak dan waktu yang lumayan lama. Kurang lebih dua tahunan, putri kesayangannya akan belajar di Australia.
Semua ini mereka lakukan untuk kepentingan dan masa depan Maudy. Adelio dan Manda ingin Maudy sekolah setinggi-tingginya, agar putrinya itu bisa menjadi pribadi mandiri dan pintar dalam segala hal.
"Mah, Pah, Ody pamit ya. Ody bakal kangen sama Mama dan Mapa," ungkap Maudy masih terus terisak memandang wajah keduaorangtuanya. Ia mencium kedua tangan orangtuanya dengan penuh kelembutan, lalu memeluknya erat.
"Kamu harus kuat sayang, kamu juga harus mandiri ya. Papa yakin kamu bisa menjalani semuanya saat jauh dari kami," kata Adelio memberikan semangat untuk Maudy. Sang anak mengangguk sedih, lalu memeluk mereka kembali.
Setelah lolos security check point, Maudy menuju ruang tunggu menanti jadwal boarding. Maudy duduk di ruang tunggu sambil menunggu jadwal penerbangannya. Ia melihat ponselnya sebentar, Maudy terus mengirimkan pesan pada sang Mama memberitahu aktivitasnya. Saat mendengar panggilan untuk boarding, Maudy segera naik ke pesawat.
Maudy naik pesawat take off sekitar pukul sepuluh malam. Pesawat dari Jakarta tidak langsung ke ibukota Australia, melainkan harus berhenti di Sydney dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan pesawat lain ke Canberra. Penerbangannya memakan waktu sekitar enam jam sepuluh menit. Jadi kalau berangkat dari Jakarta pukul sepuluh, bisa diperkirakan tiba di Sydney sekitar pukul empat pagi.
Maudy melihat keluar jendela, langit malam semakin gelap bahkan awan tampak kelam. Apakah ia bisa jauh dari orangtuanya? Pertanyaan itu sering sekali muncul dibenaknya. Namun, dengan cepat ia menghapus pikiran itu dan bertekad bahwa ia akan bisa bertahan walaupun jauh dari orangtua. Maudy akan kuliah, ia sudah memasuki usia remaja menuju dewasa. Ia sudah bisa memutuskan pilihan sendiri, dan Maudy harus komitmen dengan keputusannya belajar di negara Australia.
Maudy bersandar pada kursinya, mencoba memejamkan mata. Perjalanan masih cukup lama, ia berharap semuanya akan berjalan dengan lancar. Penerbangannya, akomodasinya terutama kuliahnya di sana.
Tak terasa hari sudah pagi, penumpang sudah disiapkan makanan untuk sarapan. Maudy menyantap menu sarapannya dengan tenang. Tidak ada nasi di piringnya, sebagai gantinya sudah ada kentang, roti beserta sayuran. Ada juga dessert berupa puding leci dan minuman hangat.
Setelah sarapan, seluruh penumpang dibagikan holder card. Semacam kartu masuk Australia, yang berisi tentang informasi data diri dan barang bawaan. Kartu ini harus diisi sebelum pesawat mendarat, agar tidak repot saat urusan pemeriksaan barang dilakukan. Maudy langsung mengisinya saat sudah dibagikan tadi, ia hanya tinggal memberi tanda silang 'ya' atau 'tidak' pada pertanyaan di kolom holder card tersebut.
Begitu mendarat di Bandara Kingsport Smith Sydney, matahari sudah terasa panas karena waktu setempat menunjukan pukul delapan lewat lima belas menit pagi. Tidak lupa, Maudy memakai kacamata hitamnya. Perbedaan waktu antara Jakarta dengan Sydney sekitar empat jam jika di Australia sedang musim panas. Sementara pada musim dingin, perbedaan waktunya hanya tiga jam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, MY PRIVATE TEACHER
Teen Fiction[COMPLETED] Silakan FOLLOW untuk membaca! #DESTINY SERIES 1 *Tulisan masih berantakan Maudy dan Nabila akhirnya berteman dengan Andra. Namun, Maudy berpura-pura menjadi Lily, seorang gadis yang akhirnya dicintai oleh Andra. Berharap hal ini dapat m...