~Happy Reading~
"Gravitasi bumi tidak bertanggung jawab terhadap orang-orang yang jatuh cinta"
__________
REY membawa Maudy ke rumahnya. Ia tidak ingin kedua orang tua maudy khawatir mendapati anaknya pulang dalam keadaan menangis seperti ini."Kok lo bawa gue ke sini?" Maudy menatap Rey. Pipinya basah penuh dengan air mata yang membuat wajahnya masih sembap. Rey mengambil tissue, lalu membersihkan sisa air mata di pipi Maudy.
"Gue nggak suka lihat lo nangis, tapi kalau ini bikin lo jadi lebih tenang lakukan!" Rey berkata tegas, Maudy menatap lekat Rey lalu ia tersenyum mengerti. "Dan karena lo lagi nangis begini, nggak mungkin kan lo langsung pulang yang ada nyokap lo interogasi gue. Makanya gue bawa lo ke rumah gue, kebetulan nyokap bokap lagi ke luar kota paling cuma ada Raya di rumah." Rey menjelaskan, tangannya masih telaten menghapus sisa air mata di pipi gadis itu.
Rey membawa Maudy masuk ke dalam rumahnya dan membantu Maudy duduk di sofa ruang tamu. Lalu ia juga mengambilkan air hangat untuk gadis itu.
"Minum nih, biar lo lebih tenang!" Rey ikut duduk di samping Maudy.
"Thanks Rey." Maudy berkata tulus. Ia menyenderkan tubuhnya di sofa yang lumayan besar itu membuatnya lebih nyaman. Rey masih memperhatikan gadis itu dalam diam. "Rey, gue minta maaf ya kalau dulu gue udah lo bikin sakit hati." Maudy berhenti sejenak untuk minum. "Gue nggak tau, kalau sakit hati itu rasanya sesakit ini. Mungkin ini balasan dari Tuhan buat gue," ucapnya lirih.
"Hush ... ngomong apaan sih, memangnya lo udah bikin gue kenapa? Sakit hati? Lo salah, itu namanya pilihan." Rey menatap Maudy dan membelai lembut rambut hitamnya. "Itu pilihan gue buat ngelepas lo, justru kalau gue bertahan dan maksa lo itu akan membuat gue sakit hati. Cinta itu nggak bisa dipaksa, kita juga nggak bisa milih cinta. Tuhan yang kasih kita cinta, kita nggak pernah tau cinta kita jatuhnya pada siapa." Maudy menyenderkan kepalanya di bahu Rey, ia merasa nyaman berada di dekat pria ini. Padahal dulu, Maudy selalu bersikap semaunya dan terkesan tak acuh pada Rey, tapi nyatanya pria di sampingnya ini begitu tulus padanya. Rey melanjutkan kalimatnya. "Tapi ketika lo yakin itu cinta, kejar!""Berarti dulu lo, nggak cinta sama gue?" tanya Maudy polos, yang membuat pria itu tersenyum.
"Gue yakin itu cinta, bukannya gue udah ngejar lo? Tapi, lo nya aja yang nggak mau sama gue. Balik lagi ke point yang pertama, cinta itu nggak bisa dipaksa. Jadi gue nggak bisa maksa lo, kalau lo nggak mau." Rey menjelaskan dengan begitu dewasa. Ia tidak menyangka kalau Rey punya pemikiran sampai sejauh itu.
"Iya." Maudy mengangguk sedih. "Tapi sekarang gue seneng akhirnya lo udah dapat cinta sejati lo, Rey. Lo bahagia kan?" Pria itu mengangguk pelan, lalu memeluk Maudy. Meskipun sekarang Rey sudah memilih cintanya, tapi ia tidak bisa mengabaikan Maudy apalagi saat gadis itu sedang dalam keadaan sedih, hatinya ikut sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, MY PRIVATE TEACHER
Teen Fiction[COMPLETED] Silakan FOLLOW untuk membaca! #DESTINY SERIES 1 *Tulisan masih berantakan Maudy dan Nabila akhirnya berteman dengan Andra. Namun, Maudy berpura-pura menjadi Lily, seorang gadis yang akhirnya dicintai oleh Andra. Berharap hal ini dapat m...