POV - Sandi
Sudah hampir lebih dari 3 bulan berlalu semenjak kejadian di tempat latihan grup band Medussa. Keadaan pun berlangsung normal kembali.
Medussa pun akhirnya menemukan seorang gitaris baru untuk menggantikan Aryo yang sedang di dalam tahanan.
Dan berita baik lainnya, mereka mendapatkan penawaran untuk manggung di sebuah cafe yang cukup terkenal, setelah salah seorang pemilik cafe tersebut melihat penampilan band Medussa saat Festival Musik di kampus berlangsung.
Dan keadaan kami sekarang, aku, Livia, Robi, Selly, Gilang dan Merry sudah hampir tidak terpisahkan. Dalam kesempatan apapun kami selalu bersama. Dan liburan semester ini pun kami sedang berlibur bersama.
Cuaca di pantai saat ini terlihat begitu cerah, memberikan keceriaan pada tempat-tempat yang dinaungi sinarnya yang agung. Aku bersama Robi dan Gilang saat ini sedang berlibur ke tempat rekreasi pantai di luar kota, yang tentu saja diiringi oleh ketiga kekasih kami yang terindah, Livia, Merry dan Selly.
Hubunganku dengan Livia pun menjadi semakin erat dan bergairah, begitu juga hubungan Robi dan Selly. Sementara Merry yang sudah mendapatkan penjelasan dariku waktu itu, akhirnya mulai menerima sikap aneh Gilang, yang tidak pernah mau mengakui bahwa Merry merupakan kekasihnya, namun Gilang begitu menumpahkan kasih sayang yang berlimpah kepadanya, yang membuatnya tidak lagi menganggap penting sebuah status.
Saat ini para gadis sedang saling bercanda ria di pantai sedangkan para pria sedang mengobrol di pinggir pantai. Setelah keributan tersebut, setelah ujian semester yang melelahkan pikiran dan setelah luka-lukaku sudah sembuh total, kami memang sangat membutuhkan liburan ini, apalagi kali ini kami di temani oleh para kekasih tercinta kami.
Aku terus menatap Via yang sedang bercanda saling menyipratkan air dengan Selly atau Merry, sambil sesekali mereka terlihat saling bergosip. Aku tersenyum akan segala anugrah ini.
Aku kemudian melihat ke arah Robi dan Gilang yang ternyata juga melihat ke arah para wanita mereka juga. Robi yang pertama menyadari tatapanku sambil tersenyum.
"Napa lu nyet? Ngeliatin gue, ato Gilang lu?" tanyanya langsung, Gilang pun ikut menoleh ke arahku. Dan aku langsung membuang muka sambil cengengesan.
"Jiahh...malah cengengesan kayak orang gila dia." cetus Gilang.
"Sarapnya kena kali Lang gara-gara kepukul kemaren." sambung Robi.
"Hahahah...kampret lu pade." sewotku.
"I'm just thinking men..." lanjutku sambil memberi jeda pernyataanku.
"...We're the luckiest bastard aren't we?" ujarku sambil mengangguk ke arah para gadis yang sedang bermain air.
"Heh...enak aja lu bro...you are indeed the stupid bastard, but me...I'm the luckiest gentleman bro." jawab Gilang yang kembali memperhatikan Merry.
"Yup...I ain't no bastard as you bro hehehe...I'm just the handsome Rob men." sahut Robi.
"Hahahaha...maderodok mang lu orang, sobat macem apaan lu." balasku mendengar gurauan mereka.
"But...gue pengen bilang thanks ama lu sob..." ujar Gilang sambil melihat ke arahku.
"Thanks for what nyet?" tanyaku sambil terus menatap Via yang terlihat begitu cantik di bawah naungan sinar matahari menjelang sore.
"Thanks for telling Merry...about that...you know...my past." terlihat sedikit rasa penyesalan di mata Gilang saat mengatakan kalimat itu.
Robi pun melihat ke arah Gilang untuk melihat reaksi Gilang saat menyebutkan lagi kenangan buruknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Sang Diva (Tamat)
RomanceA Story By Nijyuuichi WARNING!!! 22++ CERITA INI TERLALU VULGAR, DAN TERDAPAT KATA-KATA KOTOR! JADI BUAT YANG DIBAWAH UMUR DIHARAP JANGAN MAMPIR!!!