7 | The Luckiest Bastard & The Furious

8K 101 1
                                    

POV - Author

"Tar besok lu mau kasih lagu apa lagi nih ke si Say Liv? Ciee...cieee Livia uda mulai genit nih ye." goda Andre, basis grup band Medussa saat melihat Livia dan Aryo sudah tiba di tempat latihan.

"Hahaha...tar besok gue mao kasih lagu ke lo aja ah Ndre. Lagu mbah dukun kayaknya cocok banget noh buat lo." jawab Livia dengan wajah cerianya, namun terlihat lebih lepas dan lebih bahagia.

"Wuakakakak...rese lo...kagak ada lagu yang bagusan apa buat gue Liv."

"Besok kita perform sesuai schedule kita oke, ato Livia ada request lagi?" tanya Aryo saat mengambil alih suasana briefing.

"Nope, as scheduled for tomorrow, let's J-Rocks...hihihi." jawab Livia dengan semangat menggebu-gebu.

"Weh..weh..weh..kayaknya lo beneran lagi jatuh cinta neh Liv...pasti tuh lagu buat si Say lagi kan Liv?" goda Andre.

"Hehehehe...mau tau banget ato mau tau aja lo?" tanyanya balik.

Saat rekan-rekan band sedang bercanda dengan Livia membahas masalah cowok rahasia Livia, tanpa ada yang menyadari ada sebuah tatapan amarah yang dibakar api cemburu sedang menatap Livia.

***

POV - Sandi

Saat aku tiba dikosanku, aku menemukan ternyata Gilang dan Robi juga ada dikamarku. Kosan kami bertiga memang berdekatan, dan selama ini kami saling bebas masuk ke kamar masing-masing, karena kami memang sudah saling percaya satu sama lain.

Namun aku tidak menyangka mereka saat ini sedang berada dikamarku. Karena kupikir mereka sedang asik dengan pacar-pacar baru mereka.

"Woy...tumben lu orang pada ngamar di sini, gak laku ya tadi mangkal di pinggir jalan?" seruku saat memasuki kamarku.

"Weh..weh..weh...si bolang baru pulang bro...kayaknya abis ganti oli nih Rob." si Gilang mulai lagi dengan aksinya.

Namun wajahnya langsung berubah serius saat melihat luka dilengan kananku, dan langsung bangkit berdiri yang juga diikuti oleh Robi.

"Kenapa tangan lu sob? Bis jatoh dari motor lagi?" tanya Gilang yang menghampiriku, untuk melihat luka dilenganku, sementara Robi dibelakangnya.

"Bukan sob. Biasalah, ada preman kampung yang nyoba malak gue tadi siang pas lagi jalan ma Via." jawabku tenang.

"Preman kampung mana bro? Mang dimana lu di palak?" selidik Robi

"Di parkiran belakang deket mall. Ama anak-anak STM, pada bawa piso, ada 3 orang, yang 1 kabur, yang 2 orang lagi mukanye jadi bonyok kena gebok kaki gue brur...haha." jelasku lagi.

"Gak sia-sia gue ngedidik lu ampe jadi juara silat satu propinsi." seru Gilang sambil mengacak-ngacak rambutku.

"Didik ndas lo peang cuy." balasku sambil menepis tangan si Gilang kampret, sementara Robi hanya cengengesan.

"Terus luka ini? Kena piso?" tanya Robi lebih lanjut.

"Gak, bukan brur. Piso mah uda pada terbang gue gibas. Ini kena lemparan batu si kuya yang kabur cuy. Tadinya gue mao ngindar, cuman dibelakang gue pas banget lagi ada si Via, jadi ya udah mao gak mao gue tahan pake tangan brur." jelasku lagi.

"Ini lu diperban di puskesmas ato rumah sakit? Rapih banget." Robi kembali bertanya.

"Bukan lah, ini si Via yang merbanin di kosan dia tadi." jawabku jujur, walau aku gak bakal cerita apa saja yang sudah terjadi selama pertempuran panas berlangsung.

Senandung Sang Diva (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang