4 | Sad Story

7.4K 115 2
                                    

POV - Sandi

Siang ini cuaca terasa begitu terik dengan matahari yang menyorotkan sinarnya secara maksimal. Suasana kampus juga sangat ramai dengan adanya Festival Musik selama 3 hari. Sedangkan bekas-bekas kejadian tawuran kemarin seakan tidak bersisa. Dan yang menunjukkan pernah ada kejadian tawuran hanyalah beberapa polisi dan petugas keamanan yang masih berjaga-jaga di sekitar kampus.

Aku melewati 2 mata kuliah pagi ini dengan rasa semangat, bukan semangat ke dosen atau pelajaran pastinya, namun semangat isi BBMan dengan Livia kemarin dan menanti untuk melihat aksinya lagi hari ini dalam bernyanyi. Ingin rasanya mengucapkan selamat tidur semalam, namun apa daya keberanianku menguap begitu saja mengingat aku bukanlah siapa-siapa untuknya...mungkin...yah aku memang berharap demikian...but who knows what's gonna happen in the future, right?...that's what I thought.

Saat aku sedang berjalan ke arah taman kampus untuk bergabung dengan sohib-sohibku, setelah berbelok melewati ruangan menuju semacam lorong, aku melihat Gilang...dan yang membuat langkahku terhenti mendadak...Gilang sedang berciuman mesra dengan seorang gadis.

Gilang uda punya cewek?...kampret tinggal gue doank yang belum artinya, makiku dalam hati...hadehhh...andai Livia begitu mudah kujangkau...yah namun kata orang mendapatkan wanita yang sulit didapatkan, akan lebih berarti dibanding mendapatkan wanita yang mudah didapat...hahay I wish.

Saat mereka selesai berciuman, mereka kemudian berpisah. Sang gadis berjalan ke arahku, sedangkan Gilang ke arah tujuan yang sama denganku.

Merry???? Gilang pacaran ama Merry??...mantap men. Aku memuji dalam hati saat gadis itu berpapasan denganku. Sekedar informasi saja, kecantikan Merry yang satu kelas bersama kami di beberapa mata kuliah di semester 4 ini memang sudah di akui oleh seluruh kampus. Bener-bener gak nyangka. Sialan, si gondrong bisa aja dapetin cewek secantik Merry. Hmm...kapan si gondrong gila pedekatenya yah.

"Eh...h-hai San..Nyari Gilang?...tadi gue liat dia ke arah sana tuh." Merry terlihat gugup saat berpapasan denganku.

"Hai Mer...jangan panik gitu lah...biasa aja dunk...gue aja yang liat lo lagi asoy geboy gedebug enjoy juga biasa aja kok hehehe." mulut usilku mulai beraksi yang membuat wajah Merry langsung merona merah.

"Ihhh...apaan sih lo...rese banget sih." ujarnya sewot sambil mencubit lenganku dengan keras. Asli sakit brur.

"Wadaoow...kenapa gue dicubit Mer? Kan yang dapet enaknya lu bukan gue." mulutku terus menjahilinya yang membuat Merry kembali mencubit keras lenganku.

"Awas lo ya kalo bilang-bilang ke orang-orang!" ancemnya sambil tidak mau melepaskan cubitannya.

"Aw aw aw...oke...oke...oke...uda dung, sakit nih cubitan lu." ujarku yang akhirnya dilepaskan juga tuh cubitan dasyatnya. Aku yakin kulitku nanti bakalan biru nih.

"So...lu uda resmi jadian nih ama sohib gue ceritanya Mer?" tanyaku sambil senyum-senyum menggoda.

"Ihhh...kepo banget sih lo, tar gue cubit lagi nih, mau?!" ancamnya.

"Weits...sabar non...sabar...Gilang kan sohib gue, jadi wajar dung gue nanya dikit...lagian gue ikut seneng kok liat lo berdua jadian." ujarku.

"Seneng kenapa? Yang jadian ato nggak kan gue, bukan lo." Marry masih menjawab dengan ketusnya.

"Hahaha...yah yang namanya sahabat happy ya kita kudu dukung dong, betul??" lanjutku.

Sewotnya mulai melunak, namun di luar dugaanku wajah Merry malah jadi terlihat murung.

"Woy...napa lu jadi kayak orang mewek gitu Mer?" tanyaku agak panik, takut jadi nangis, trus dilihat orang dan disangka macem-macem. Bisa berabe punya urusan nih.

Senandung Sang Diva (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang