POV - Author
Livia yang sedang duduk di dalam sebuah taxi terlihat begitu kalut dan emosional, dia kemudian mengambil HP nya dan menelpon seseorang.
"Ndre? Lu di mana Ndre?...gue bisa minta tolong gak?" Livia tampaknya menelpon Andre, basis grup band Medussa.
"Bisa tolong ajak Andi juga gak ke tempat latihan?, ada yang mau gue omongin rame-rame." lanjut Livia.
"OK deh, thanks ya Ndre." ujar Livia sebelum menutup teleponnya.
Livia kemudian mengetik sesuatu di HP nya, dan kemudian mengirimkan pesan tersebut ke seseorang. Lama menunggu akhirnya ada balasan juga.
TRING!
"Oke kita ketemu disana ya Liv." sebuah jawaban singkat. Livia bertekad mengakhiri semua permasalahan hari ini juga tanpa melibatkan pihak lain.
Sekitar setengah jam kemudian, taxi yang membawa Livia akhirnya tiba juga di lokasi tempat latihan grup band Medussa.
Di sebuah hall cukup besar, yang terkadang digunakan untuk menyelenggarakan suatu acara musik ataupun pernikahan. Sementara ruangan tempat studio musiknya sendiri berada di dalam hall tersebut. Grup band Medussa sudah hampir 1 tahun ini berlatih di tempat ini.
Mereka sudah menyewa tempat ini selama setahun, sehingga hanya mereka yang menggunakan tempat ini, bebas kapan pun latihannya. Kecuali bila sedang dipergunakan untuk suatu acara.
Livia melihat sudah ada 1 motor di sana, motor milik Aryo, namun belum melihat motor Andre maupun Andi.
Livia langsung masuk ke dalam gedung latihan setelah membayar Taxi. Di dalam Livia melihat Aryo sedang menyetem gitarnya di depan pintu studio musik.
Dan saat Aryo mengangkat kepalanya, tampak oleh Livia sebuah plester menempel erat dihidungnya. Livia pun teringat oleh perkataan Sandi, yang mengatakan bahwa Sandi berhasil mematahkan hidung salah satu pengeroyoknya, hidung orang yang dijambret kalungnya oleh Sandi.
Ternyata memang dia bajingannya, dengus Livia yang mulai memuncak emosinya. Dia langsung berjalan cepat ke arah Aryo.
Aryo kemudian menyadari kehadiran Livia yang sedang mendekatinya, kemudian tersenyum.
"Hai Liv...tumben malem-malem ngajak ketemuan berdua aja, ada apa nih?" tanyanya lembut yang justru membuat muak Livia.
"Eh? kok lu kayak orang marah gitu Liv? Kenapa Liv?" tanyanya heran dengan sikap Livia yang penuh amarah.
"Gue mau tanya sesuatu ama lo Ar..." ujar Livia tegas.
"Boleh, tanya apa Liv?"
Livia kemudian menjulurkan tangannya ke arah wajah Aryo, kemudian membuka telapak tangannya. Tampak sebuah kalung berwarna perak dengan kepala kalung berbentuk inisial AW dihadapan Aryo, yang tampak terkejut melihatnya.
"Ini kalung punya lo kan?" tanya Livia langsung kepada Aryo.
Aryo yang terkejut, karena dia sama sekali tidak menyadari sejak kapan kalung yang biasanya terdapat dilehernya, mendadak bisa ada di tangan Livia.
"Eh? Lu nemuin dimana Liv? Gue dari kemarin uda nyariin tuh kalung yang tiba-tiba ilang dari leher gue." ujar Aryo berusaha mengelak.
"Kemarin lu bilang? Tadi aja pas kita manggung, kalung ini masih gue liat ada di leher lu Ar, gimana lu bisa bilang kalung lu ilang kemarin."
Saat Aryo hendak memberikan argumennya lagi, Livia langsung memotongnya.
"Satu lagi pertanyaan gue..." tegas Livia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Sang Diva (Tamat)
RomanceA Story By Nijyuuichi WARNING!!! 22++ CERITA INI TERLALU VULGAR, DAN TERDAPAT KATA-KATA KOTOR! JADI BUAT YANG DIBAWAH UMUR DIHARAP JANGAN MAMPIR!!!