POV - Author
"Kerja bagus buat lu bertiga. Ini bayaran buat lu." Gunawan terlihat sedang membagikan uang kepada tiga orang, yang ternyata para begundal yang dihajar Sandi, saat mereka hendak memperkosa Fenny di tepi pantai tadi.
"Hehehe...sip bos, walau muka rada bonyok, tapi bayarannya emang setimpal." ujar salah seorang dari mereka.
"Kita orang permisi ya bos." ujar mereka, sementara Gunawan tersenyum lebar mengetahui rencananya sudah mulai berjalan dengan baik.
TRING! TRING! TRING! Tiba-tiba terdengan nada dering BBM masuk milik Gunawan.
"Pancingan birahi gagal Gun, gak nyangka tuh anak walau polos tapi kuat juga imannya. Padahal gue uda bugil total di depan dia, emang dasar alim banget tuh anak, malah nyuruh gue masuk kamar bukannya make gue." begitu yang tertulis di layar BB milik Gunawan.
"Cihh...sialann...padahal kalo sempet ngentot, gue bisa dapetin foto tuh curut, biar bisa gue kasih ke Livia. Sialannn, dasar sok suci banget!" maki Gunawan melihat rencananya untuk menjebak Sandi gagal total.
***
POV - Sandi
"Gue makin lama kayaknya makin sayang ama lu San, padahal kita baru semingguan kenal." ucap Fenny dengan wajah menggoda, sambil merangkak ke arahku. Boobs nya Fenny menggantung dengan indahnya saat Fenny sedang merangkak seperti ini.
Glekk! Aku hanya menelan ludahku sendiri.
"Fen...gue uda bilang...kan...gue gak bisa." ujarku sambil tersenyum.
Saat Fenny sudah ada di hadapanku, dia kemudian hanya tersenyum.
"Hmm...gue bener-bener makin suka ama lu San. Mungkin gue emang bukan cewek baik-baik yang alim. Tapi gue juga gak pernah sembarangan nawarin body gue San. Baru ama lu aja gue kayaknya pengen banget ngegoda lu." ujarnya lagi. Senyum menggodanya sudah hilang berganti dengan senyum yang lumayan cantik menurutku.
"Lu tuh cantik dan seksi Fen, gue heran kenapa cowok lu bisa maen ama cewek laen yah. Padahal maenin lu seharian juga kagak abis-abis ini." ujarku kepadanya. Jarak kami sebenarnya sangat dekat, dan debar jantungku juga semakin cepat, namun aku berusaha keras mengendalikan diriku.
"Hahahaha...lu tuh emang lucu dan gemesin tau gak sih lu." jawabnya, sambil menatap wajahku.
"Heh...lu kate gue Teddy Bear apa lucu n gemesin." jawabku tergelak geli mendengar perkataan Fenny.
"Yuk kita makan Fen." ajakku, lalu segera turun dari tempat tidur, menghindari tatapan Fenny.
"Hehehe...lu emang ngegemesin San." ujarnya lagi mengulangi perkataannya tadi. Lalu kami berdua pun makan makanan yang dibawa oleh Fenny tadi.
Karena hatiku dan moodku yang lagi down, aku malah berusaha makan dengan lahap, ingin melupakan segala pikiran buruk yang melintas di kepalaku.
Setelah makan, kami pun mulai mengobrol ngalor ngidul, Fenny terus bercerita tentang kegiatannya di kuliah, dan sebagainya. Dia juga menanyakan apa rencanaku saat kuliahku sudah di mulai seperti sekarang ini.
Aku memang tidak berencana untuk masuk kuliah. Karena aku belum ingin bertemu dengan Via, yang pasti berusaha menemuiku, dan juga menghindari segala pertanyaan-pertanyaan baik dari Robi dan Gilang, ataupun Selly dan Merry.
Namun aku menceritakan kepada Fenny bahwa aku sudah menitipkan pesan ke beberapa teman-temanku yang sekelas di tiap mata kuliah, untuk menggantikanku paraf di buku kehadiran mahasiswa.
Sekitar 15 menit setelah aku selesai makan, badanku sedikit demi sedikit mulai merasakan hawa panas, yang menjalar di setiap nadi badanku.
Duh...kenapa badan gue jadi agak panas gini yah, pikirku.
Jantungku pun mulai berdebar-debar kencang, bahkan peluhku mulai keluar dari setiap pori-pori.
Fenny yang melihat kegelisahanku, sedikit tersenyum lembut. Perlahan mulai mendekat kepadaku, dan mencium pelan pipiku.
Cup!...dan saat bibirnya mengenai kulit pipiku, birahiku rasanya langsung memuncak. Batangku mulai mengeras dengan sendirinya.
Kenapa badan gue jadi horny tiba-tiba gini nih. Dan saat aku berpikir demikian, aku melihat Fenny sudah melepaskan kemeja dan juga bra nya. Menampakkan payudaranya yang cukup mengkel dengan puting susu kecoklatan, nampak sangat indah.
Ingin rasanya tanganku meremas-remasnya, bahkan ingin mengulum putingnya yang terlihat sangat menggoda.
Darahku mengalir semakin deras, gairahku tidak terbendung lagi.
"Gue pengen diperkosa ama lu sekarang San." bisik Fenny pelan di kupingku, bahkan lidahnya menjilati kupingku, membuatku merasakan rasa geli yang sangat. Gairahku benar-benar tidak terbendung lagi.
Aku segera menangkap tubuh Fenny, kemudian menggiringnya ke arah tempat tidur, dan mendorongnya pelan hingga Fenny jatuh terlentang di tempat tidur.
Fenny kembali menampakkan senyum menggodanya lagi, sambil memberikan gesture bibir yang sedang menciumku dari jauh.
Tangannya bahkan langsung melepaskan celana pendek beserta celana dalamnya. Hingga Fenny sekarang terlentang dengan tubuh telanjang bulat, tanpa satu benang pun menutupi tubuhnya yang indah. Vaginanya terlihat begitu menggoda, merah merekah saat Fenny membuka lebar kedua pahanya, seakan memanggilku untuk menerkamnya.
"Ayo San...tunggu apa lagi...perkosa gue sekarang...shhh...aaahhh." ujar Fenny sambil mendesis saat kedua tangannya meremas sendiri payudara mengkelnya.
Anjrittt! Gak tahan lagi nih gue, pikirku.
Namun sesaat, entah bagaimana terbayang wajah Via yang sedang terlentang telanjang bulat dengan senyuman menggoda khas Via.
Ahhh...Via...Arrghhh...gue uda pengen banget nih...maaf ya Via sayang, pikirku penuh kebimbangan saat tubuh sudah bergairah tinggi, di hadapan wanita cantik yang telanjang sedang membuka pahanya.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Sang Diva (Tamat)
RomanceA Story By Nijyuuichi WARNING!!! 22++ CERITA INI TERLALU VULGAR, DAN TERDAPAT KATA-KATA KOTOR! JADI BUAT YANG DIBAWAH UMUR DIHARAP JANGAN MAMPIR!!!