POV - Sandi
TOKK! TOKKK! TOKKK! TOKKK!
"Wooiii...bangun wooyyy."
"SAAANNN...LIVIIIII!"
TOKK! TOKKK! TOKKK! TOKKK!
Haiss...samar-samar terdengar ada yang manggil...suara cewek pula...perasaan di kosan gue cowok semua, pikirku dengan jiwa yang masih melayang entah dimana.
"SAANNNN...BANGUUNNNN WOOYYY." teriak suara wanita lagi.
Buset dah pagi-pagi buta gini siapa yang manggil sih, pikirku.
Masih gelap gini gedor-gedor kosan orang, di tangkep hansip baru nyaho luh, makiku dalam hati.
Dengan langkah gontai aku pun bangun menuju pintu yang terus di gedor-gedor seseorang entah siapa.
"Napa sihhh?? Gila lu yah pagi-pagi buta gini gedor-gedor kosan orang??" semburku dengan wajah super duper bete setelah pintu aku buka sebesar-besarnya.
Aku masih terus mengucek-ngucek mata...ehh...kok pada diem aku lihat, yang kemudian aku mulai mengenali mereka sambil memicingkan mataku, agar bisa melihat lebih jelas.
"Merry?? Selly??" tanyaku heran melihat wajah terkejut mereka.
"Woy mao ngapain lu gedor-gedor kosan gue pagi-pagi buta malah bengong gitu?" tanyaku lagi.
"SANDIIIIIIIIIII!" teriak mereka hampir bersamaan yang langsung berbalik badan.
Aku yang terkejut setengah mati, langsung merasa normal kembali jiwaku, seakan dipanggil paksa saat sedang berkelana.
"Woyy...gillaa lu yah tereak..." ujarku sewot.
"CELANA LOOOO..." sergah Merry sebelum aku sempat menyelesaikan omelanku.
"Ha? Celana? Celana gue kenapa?" aku jadi makin bingung.
"Kyaaaaa! SANDIII...ngapain lu telanjang di depan Selly ama Merry?!" satu teriakan lagi terdengar, namun kali ini dari arah belakangku terdengar nyaring.
Aku langsung menoleh ke belakang melihat Via yang sedang menutupi tubuhnya dengan selimut tebal memandang marah ke arahku.
"Eh? Via? Kamu ngapain di kamar kos..." belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, aku bagaikan disambar petir saat teringat sesuatu.
Saat aku melihat ke bawah...Wuaduhhhh...muaatttiiii akuuuu...pikirku kalut. tepokjidat.
Aku langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi dengan wajah yang sangat merah.
Aku sungguh lupa dengan kondisi tubuhku yang sedang bugil, setelah bertempur penuh semangat dengan Via semalam. Kemudian terdengar tawa kencang sekali di luar pintu. Aku mengenali itu suara tertawa Merry dan Selly.
Haiisss...guoblookkk...bukannya nutup pintu malah lari ke kamar mandi...tepokjidatduakali.
Anjritttt...mao taro dimana muka gue...haisssss...goblok banget sih gue...pikirku. Aku mengucek-ngucek rambutku sehingga semakin acak-acakan.
Via...Via? Astagaaaa aku lupaaa.
"Vi..aa-aakku..ak-aku...maa-maaf..aa-a..." haisss malah jadi orang gagap gini sih gue.
Wajah Via yang tadinya marah, perlahan malah mulai tertawa melihat pola tingkahku. Geblek abis diketawain 3 cewek...lengkap sudah...belom nanti kalo 2 orang sableng ampe tau...abis dah nasib gue...pikirku.
Merry dan Selly masih terus tertawa terbahak-bahak di luar sana, memerahkan telingaku saja, sementara Via pun mulai tertawa lepas.
"LIVIII...LU APAIN ANAK ORANG AMPE AMNESIA GITUUU??!" teriak Merry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Sang Diva (Tamat)
Storie d'amoreA Story By Nijyuuichi WARNING!!! 22++ CERITA INI TERLALU VULGAR, DAN TERDAPAT KATA-KATA KOTOR! JADI BUAT YANG DIBAWAH UMUR DIHARAP JANGAN MAMPIR!!!