POV - Author
Suasana tempat makan di hotel pagi itu cukup ramai, mungkin dikarenakan sedang musim liburan, jadi terlihat lebih ramai dari hari-hari normal.
Tampak berbagai jenis hidangan makanan pembuka seperti aneka kue dan roti serta buah-buahan tertata rapi di sepanjang pojok ruangan. Terdapat beberapa orang yang sedang mengantri cukup panjang yang sedang mengambil berbagai makanan pembuka yang disajikan secara praspanan oleh pihak hotel.
Untuk tempat makan ini terbagi dua bagian yang bisa di duduki oleh para pengunjung. Di bagian dalam adalah ruangan yang ber-AC dan bagi yang perokok dilarang merokok di area ini.
Dan di bagian luar merupakan favorit para pengunjung, karena menghadap langsung ke pantai jadi pemandangannya pun sangat indah. Dan area ini juga merupakan surga bagi para perokok yang ingin menikmati gumpalan asap rokok di hotel ini.
Tampak di pojok area luar terlihat sekelompok muda-mudi yang sedang bercengkerama dan saling bergurau dengan saling melepaskan tawa bahkan ada yang sampai terpingkal-pingkal entah guyonan apa yang sedang mereka lakukan.
"Huakakak...asli gak nyangka gue ama ketololan tuh monyet satu." ujar seseorang berambut panjang.
"Iya gilingan aja masa pagi-pagi kita berdua uda dikasih pisang gantung dekil..." jawab seorang wanita yang duduk di seberangnya.
"Huakakakak...." tawa sekelompok muda-mudi tersebut.
Mereka semua tertawa terpingkal-pingkal yang bahkan sedikit banyak membuat beberapa pengunjung laen terlihat keheranan, namun ada yang senyum-senyum sendiri melihat pola tingkah mereka.
"Hahahaha...eh..eh..eh..pokoknya gini ya...tar kalo dia dateng....." omongan selanjutnya tidak terdengar lagi karena orang yang berbicara tersebut tiba-tiba mengecilkan suaranya dan hanya mereka berempat yang mendengar apa yang dikatakan orang tersebut.
Dan di pintu masuk rumah makan, melintas lah sepasang muda-mudi yang saling bergandengan tangan mesra.
Yang pria tampak gelisah seperti sedang menantikan sesuatu yang buruk akan terjadi, sementara yang wanita terlihat banyak menundukkan kepalanya seperti sedang menahan malu kepada orang-orang sekitarnya.
Saat salah satu dari kumpulan muda-mudi yang tadi sedang tertawa, melihat kedatangan sepasang kekasih yang baru masuk tersebut, dia segera melambai untuk memanggil mereka.
Anjritt...kenapa gue jadi deg-degan gini...sialan, rutuk Sandi dalam hati, saat sedang berjalan menuju anak-anak sedang berkumpul. Hadeehhh.
Sedangkan Livia wajahnya tampak semakin merah, saat mereka berdua semakin mendekati gerombolan siberat yang memanggil mereka untuk menghampiri sohib-sohib mereka.
"Hoy bro..buruan gue dah laper nih..." teriak Gilang.
"Iyeee...sabar...sabaarrr." jawab Sandi.
"Emang uda berapa lama luh disini?" tanya Sandi ke Gilang.
"Jangan banyak nanya lo...buruan duduk trus order makanan...gue dah laper neh nungguin lu opa oma seabad." jawab Gilang, yang hanya di tanggapi tertawa ringan oleh Sandi.
"Ayo Sel..panggil waiternya..kita order sekarang yuk si opa oma uda dateng." ujar Robi kepada Selly.
"Livi...lu mao makan apa nih? Tinggal lu ma si Sandi yang belum milih makanan nih." tanya Selly kepada sahabatnya yang baru dateng.
Sandi dan Livia kemudian segera mengambil menu makanan setelah duduk di bangku yang sudah disediakan mereka.
Huufff...kayaknya Merry ama Selly belum cerita ke dua kunyuk masalah tadi pagi. Untung juga mereka kagak ngomong, kalo gak uda abis gue, pikir Sandi agak lega melihat muka 2 sohibnya wajar-wajar aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Sang Diva (Tamat)
RomansaA Story By Nijyuuichi WARNING!!! 22++ CERITA INI TERLALU VULGAR, DAN TERDAPAT KATA-KATA KOTOR! JADI BUAT YANG DIBAWAH UMUR DIHARAP JANGAN MAMPIR!!!