POV - Sandi
TOKK! TOKK! TOKK!
"San lu di dalem?" tanya Fenny dari luar pintu.
"Gue masuk ya." ujarnya kemudian.
Fenny pun masuk ke kamar kosan sementaraku, sambil membawa bungkusan.
Aku hanya sedang duduk berdiam diri di tempat tidur sambil menonton TV. Walau mataku tertuju ke TV, namun pikiranku melayang entah kemana.
Aku merindukan Via, tapi aku begitu sakit hati kepadanya. Disaat aku melamar dia, di saat itu pula aku kecewa sekali.
"Nih gue bawain lu makanan. Lu masih belom mau masuk kuliah San?" ujar Fenny kepadaku.
"Oh...thanks ya Fen, lu gak usah repot-repot gitu lah." jawabku sambil tersenyum lemah kepadanya.
"Haduuhhh Sandi, masih gak semangat aja lu...ya udah lah, kalo emang cewek lu nyakitin lu, ya uda lu cari cewek laen lah." ujar Fenny lagi.
"Masih banyak kok cewek cantik yang mao ama lu, kalo lu mao buka mata lu." lanjutnya, sementara aku hanya menaikan sebelah alisku, seakan menanyakan maksud perkataannya.
"Cewek mana mang Fen?" aku asal menanyakan saja kepada Fenny.
"Ya gue lah, gue mao kok jadi cewek lu kalo lu mao. Gue emang uda suka ama lu kok dari sejak awal ketemu lu, gak tau kenapa. Bahkan gue kan...ehmm...sempet ngajakin lu buat 'itu' kan waktu kita di Anyer." jelas Fenny yang malah membuatku teringat akan kejadian di Anyer setelah aku pergi meninggalkan Via dan teman-temanku di Anyer.
"Cuman lu nya aja kan yang waktu itu gak mao ngelakui 'itu' ama gue...yah mungkin gue kurang seksi kali yah dibanding mantan lu San." ucapnya dengan wajah lesu. Membuatku merasa tidak enak hati.
"Gak usah minder gitu lah...lu tuh cantik dan seksi kok." jawabku kepadanya.
"Kalo emang beneran menurut lu gue seksi, hmmm...gimana kalo kali ini gue bikin lu semangat dengan cara gue?" ujarnya perlahan sambil melepaskan satu-demi satu kancing kemejanya, hingga menampakkan bukit indah yang putih milik Fenny, walau masih di balut oleh Bra setengah cup, sehingga payudaranya seakan ingin meloncat keluar dari sarangnya.
Aku jadi teringat lagi akan pertemuan pertamaku dengan Fenny. Karena aku bertemu Fenny inilah aku bisa mendapatkan tempat kos baru.
Aku tidak ingin pulang ke tempat kosanku yang lama. Aku hanya ingin menyendiri tanpa seorang pun kenalanku mengetahui dimana aku berada.
Aku ingat saat itu aku sedang melarikan diri, meninggalkan pandangan dan kenyataan pahit yang aku lihat di hadapan mataku sendiri. Kejadian saat itu begitu menyakitkan hatiku. Aku tidak pernah merasa sakit hati, seperti saat melihat Via sedang berciuman dengan cowok itu.
Aku bahkan tidak punya kekuatan untuk menghampiri mereka dan memberikan pukulan kepada cowok itu.
Saat itu aku hanya berlari menjauh dari pemandangan itu. Pemandangan yang sangat menyesakkan dadaku. Rasanya lebih baik terkena pukulan bertubi-tubi dari pada hanya sekali merasakan yang namanya patah hati.
Justru di saat kebahagiaan tengah menghampiriku, saat Via menerima lamaranku dengan perasaan bangga dan bahagia. Dan disaat itu pula aku merasakan sakitnya saat melihat wanita yang paling aku cintai, berciuman dengan pria lain.
Aku terus berlari keluar dari hotel, berlari sekuat tenagaku menjauhi hotel terkutuk itu. Aku membutuhkan ruang untuk bernafas, untuk berpikir. Hingga aku tiba di sebuah tepi pantai kosong.
Aku hanya terduduk di pasir dan menatap kosong ke arah pantai. Ingin rasanya aku menangis, namun entah kenapa aku hanya terdiam dengan pandangan mata hampa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Sang Diva (Tamat)
RomansaA Story By Nijyuuichi WARNING!!! 22++ CERITA INI TERLALU VULGAR, DAN TERDAPAT KATA-KATA KOTOR! JADI BUAT YANG DIBAWAH UMUR DIHARAP JANGAN MAMPIR!!!