Gue masih setia di sini, di warung makan bubur ayam dekat rumah. Gara-gara gue gak bawa uang, jadi gue harus ganti dengan cara membantu membersihkan piring-piring penjual bubur ayamnya.
Jujur, dalam hati terdalam gue ini ngerasa malu banget jadi cowok gara-gara tadi, perempuan cantik yang gue kira mau bayarin makanan gue. Ah sudahlah, gue gak mau mengingat-ingat lagi.
Gue mencuci piring sambil lihat jalanan di depan warung, berharap ada keluarga gue yang nyari gue, contohnya Mama sama Mo-on yang tadi main playstation.
Trong tong tong tong tong...
Itu suara motor Vespa kak Senja! Gue langsung lari ke depan.
"Eit! Mas-nya mau kemana? Itu piringnya belum bersih semua, mau kabur ya?'' kata penjual bubur yang tiba-tiba menghadang gue untuk keluar.
"Itu di depan ada kakak-" balasku.
"Jangan alesan mas, dosa lho." potongnya.
Sip. Penderitaan gue lengkap hari ini. Dengan terpaksa gue harus lanjut bersihkan piring-piring ini.
Pukul 11 siang gue selesai mencuci piring, "Bang, ini udah selesai," kata gue.
"Oh, yaudah mas. Lain kali jangan lupa bawa uang ya, ganteng-ganteng udah gak modal, ke pede-an, mau kabur, haduh mas-mas." Ceramahnya panjang lebar.
Otak gue makin panas, gue bersumpah ini terakhir kalinya gue mampir di warung bubur ayam sini!
Demi kenyamanan bersama, gue mengangguk, lalu pamit pulang ke rumah. Tak lupa gue juga bawa gelas gue yang udah gue mandiin bareng teman-teman barunya tadi.
Sampailah gue di depan rumah. Gerbang rumah gue terbuka, kebiasaan kak Senja kalau baru pulang. Ga pernah ditutup gerbangnya. Nanti kalau ada begal, siapa yang susah? Gue masuk dan nutup pintu gerbang rumah, terus jalan ke arah pintu rumah dan saat memegang gagang pintu...
Pyar!
Suara piring pecah. Gue fikir itu tetangga gue yang punya hobi mecahin barang-barang yang 'berkaca', gue juga binggung kenapa tetangga gue yang ini bisa se gila itu. Denger-denger sih mukanya jelek, jadi tiap ketemu barang yang 'berkaca' pasti dipecahin.
Prang!
Oke, ini bukan suara dari tetangga gue. Mungkin suara si Peyem-kucing Mama-yang gak sengaja jatuhin barang. Gue positif thinking. Gak mungkin maling masuk rumah siang hari.
Dor Dor!
Gue langsung merunduk, kedua tangan gue di atas kepala, gelas yang guebabwa gue lemparin ke depan gerbang rumah. Gue deg-degan, asli. Dan suara ini bener-bener bikin mood hidup gue hilang.
Gue tetap di posisi yang sama selama kurang lebih dua menit, akhirnya suara-suara itu hilang, tapi terganti oleh suara tangisan si Mo-on. Gue langsung aja masuk rumah, gue udah siap mati hari itu juga.
"Woi teroris! Keluar lo! Gue gak takut!" teriak gue. Gue menyusuri setiap ruangan rumah.
"Teroris apaan deh, Nus. Orang Mama sama si Mo-on main game Call Of Duty kok,'' kata kak Senja menghampiri gue sambil menyeruput tehnya.
Gue binggung, akhirnya gue masuk ke ruang yang belum gue masukin. Ya, ruang keluarga. Dan ternyata benar. Mama sama si Mo-on main game Call Of Duty. Bagi kalian yang gak tau itu game apa, biar gue yang beri tau. Itu semacam game pertempuran. Dan gue baru sadar, suara seperti piring pecah, barang jatuh dan suara tembakan itu berasal dari game ini, suaranya keras karena Mama ngehidupin speakernya.
Oke, gue ketipu berapa kali hari ini?
Sore harinya, gue diminta Mama suruh beliin pembalut. Karena gue anak yang berbakti kepada orang tua, gue nurutin permintaan Mama. Akhirnya gue beli di Andimart. Letaknya jauh dari komplek perumhan gue, tapi ya gapapa deh. Biar Mama bahagia.
Gue pergi sama Jeniper-motor matic gue. Sesampainya di Andimart, gue lega gara-gara yang jaga itu cowok. Gue deketin. "Mas, mau beli pembalut merk xxxxx tempatnya dimana ya?" tanya gue.
Penjaga itu menggaruk tengkuknya, "pembalut ya, Mas?"
Gue mengangguk. Gue menunggu jawaban dari penjaga toko itu.
Satu menit...
Tiga menit...
Lima menit...
Si penjaga toko itu masih aja garuk-garuk tengkuknya, ini lagi musim panu atau gimana sih? Untung toko Andimart ini lagi sepi, jadi gue santai aja.
"Sini gak jualan pembalut mas. Yang jualan pembalut itu di seberang sana," katanya sambil menunjuk seberang jalan.
Gue ngikutin arah yang ditunjuk penjaga toko itu, "Lho mas, itu kan sama kayak toko ini, Andimart kan?" tanya gue binggung.
"Iya mas, sama. Tapi ini Andimart Bakery. Kalau di sana Andimart Swalayan. Beda mas,'' lagi-lagi gue hanya bisa menggangguk, tapi dalam hati gue masih binggung.
Kan kata teman cewek gue, pembalut itu roti.
Jadi, apa gue salah belok ke Andimart Bakery?
Gue berterimakasih sama penjaga toko Andimart Bakery itu. Dan gue mau menyebrang jalan.
"MAS! MINGGIR MAS!" teriak seorang Polisi di belakang gue.
Gue sontak mundur dengan cepat, "Pak, kenapa? Saya mau ditilang?" kata gue dengan nada keras karena gue kaget.
"Bukan mas. Kalau mau saya tilang juga boleh." Polisi itu mengeluarkan kertas yang gue gatau apa namanya, pokoknya buat menilang. Gila, gue kan cuma bercanda.
"Bapak mau nilang beneran?''
"Enggak, nge cek aja mas, saya kira surat buat tilangan saya ketinggalan di kantor. Kalau ketinggalan ya nanti isteri dan anak saya mau makan apa," balasnya.
Dasar Polisi jaman now, bisanya menilang orang, disogok juga mau-mau aja.
Gue hanya bisa menggangguk, dan menyeberang jalan lagi, mumpung sepi.
''MAS! DIBILANGIN JANGAN NYEBRANG KOK YA SUSAH. MENTANG-MENTANG SAYA BELUM HAJI, JADI KAMU GAK PERCAYA!" Polisi itu tiba-tiba marah dan narik tangan gue.
"Pak! Ini sebenarnya ada apa sih? Nyebrang aja gak boleh. Saya mau ke toko depan situ aja kok!" Gue balas dengan teriakan juga. Frustasi gue. Beneran.
"Lihat di sana, ada parade dan mau lewat ke sini. Jadi jalanan harus bersih."
Bapak kira jalanan ini sampah, lagian yang parade juga bocah seumuran di Mo-on. Anak SD yang paradenya diikutin Mamanya dan foto-foto lebay gitu.
Akhirnya gue nunggu parade selesai satu jam lamanya. Gue gak mau pindah toko karena gue gak tau dimana lagi toko daerah sini. Kan gue orang baru.
Gue nyebrang, dan langsung membeli pembalut yang Mama gue pesan. Tidak ada masalah saat gue membeli. Soalnya yang jaga cewek, baik hati dan tidak sombong. Dia ngambilin apa yang gue minta, gue segera membayar dan pulang.
Gue markirin Jeniper di halaman rumah gue. Gue lihat juga disana ada kak Senja yang ngajarin si Mo-on naik sepeda.
Gue binggung.
Kenapa? Soalnya kak Senja dari bayi-pun gabisa yang namanya naik sepeda. Tiba-tiba langsung bisa pakai motor dan mobil gitu aja. Terus ini malah ngajarin sepeda Mo-on.
Daripada kepala gue makin pusing, gue langsung masuk aja.
''Assalamu'alaikum, Ma. Ini pesanan Mama." Gue duduk di sofa rumah karena gue capek banget hari ini.
Mama menghampiri gue sambil bawa sapu. "Venus, kamu dari mana sih? Disuruh beli pembalut aja sampai berjam-jam."
"Ada parade di dekat tokonya, Ma. Jadi ya lama. Sekalian lihat aja."
Mama menggangguk, lalu menyapu di daerah ruang tamu. "Itu pembalutnya tolong simpan di atas lemari Mama ya. Tadi Mama nyuruh Rinja beli juga kok."
What the hell?!!!
Kenapa gue di kelilingi orang aneh ini?! Apa tidak ada kandidat lain selain gue?!
![](https://img.wattpad.com/cover/139109171-288-k102155.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tjinta & Tinja - Cinta & Tai ✔
Humor[do]AKAN TERBIT. Author tidak tanggung jawab jika ada pembaca yang tidak bisa berhenti tertawa. Ini cerita humor yang receh sekali antara kehidupan, cinta dan tahi dari kehidupan Venus. Dipersilahkan untuk berimajinasi saat membaca. Bahasa tidak bak...