28. Es krim

229 30 2
                                    

Gue akhirnya mengalah. Seharusnya cewek baik itu bakal ngerayu mama gue, agar gue menetap di rumah. Tapi? Nella dan Alia tidak melakukan apapun.

Gue masuk ke dalam mobil kembali. Es krim yang gue bawa ternyata sia-sia untuk di beli. Enggak mungkin gue ngehabisin lima belas es krim itu dalam sehari, kan? Mau jadi apa gigi gue nanti? Frozen? Gue berfikir, ini mau pergi kemana?

Menginap di apartemen? Duh, jiwa missqueen ku protes. Masa gue harus ngejual Jenie dulu?

Akhirnya gue punya ide. Gue pergi ke Masjid. Gue memarkirkan si Jenie kembali.

Eh, es krim gue nanti leleh, ya? Gue kembali berfikir.

Akhirnya gue membawa masuk es krim. Gue melihat sekitar. Aman.

Gue menggantungkan es krim di Air Control. Biar tetap beku gitu...

Kemudian gue mengikuti ibadah dan tidur di sana sehari.

Keesokan harinya, gue pulang menuju rumah. Es krim yang gue gantung di AC, akhirnya gue bagikan kepada anak-anak kecil yang beribadah disana. Biar ada manfaatnya.

"Venus pulang!" ucap gue setibanya di rumah.

"Ya! Masuk!" balas kak Dera.

"Kak, enggak kuliah?"

"Enggak, udah pinter."

"Bagus, deh. Mama mana?"

"Tuh, di kamar, nangis seharian nyariin lo!"

Ha? Nangisin gue? Kan mama yang ngusir?

Gue berjalan menuju kamar mama. Tapi tidak ada orang selain papa. "Papanya Venus yang ganteng dan baik hati, mama dimana?"

Papa menujuk ke arah dapur. Gue ikutin aja arahannya. Dan benar, mama disana lagi masak sup kesukaan gue.

"Widih... mama buat sup kesukaan Venus. Tahu aja kalau anaknya lapar!" ucap gue antusias.

"Hiks... hiks... hiks..." tangis mama.

Eh? Nangis beneran ya?

"Mama... dari tadi nangis, ya?"

"Hiks... iya... hiks... kamu kemana aja?"

"Habis perjalanan bisnis, ma. Udah dong, jangan nangis, Venus kasih tahu rahasia Venus, mau gak?"

"Apa? Hiks..."

"Venus ulang tahunnya setahun sekali!"

Tanpa di duga, mama gue semakin keras nangisnya. Eh? Apasih salah gue?!

Tjinta & Tinja - Cinta & Tai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang