31. Berharap

284 25 8
                                    

Setelah kejadian kemarin yang cukup panjang, gue putuskan untuk membolos sekolah lagi hari ini.

Iya, ini sudah berganti hari. Harapan gue, semoga tidak ada kejadian yang bikin gue pengen makan kulkas.

Gue rebahan berjam-jam di kasur, sambil memikirkan bagaimana caranya biar enggak gabut.

Di rumah cuma ada gue sama mama. Kakak dan adik gue sekolah, papa kerja pastinya. Kalau enggak kerja, gue mau dikasih makan apa? Daun? Ya kali, dikira gue belalang apa.

Gue beranjak dari kasur. Kemudian mencari barang di laci. Barang apa hayo, coba tebak!

Ya, semir rambut. Gue mau ngewarnain rambut gue jadi mejikuhibiniu. Seperti pelangi gitu. Harapannya juga biar hidup gue berwarna. Enggak gitu-gitu aja kayak tahi.

Ini pertama kalinya gue nyemir rambut sendiri. Untung aja gue paham. Jadi hasilnya bagus dong.

Mirip-mirip seperti di foto itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mirip-mirip seperti di foto itu. Tapi sayangnya itu bukan foto gue. Gue mah wajahnya masih rahasia. Kalian semua juga enggak akan tahu. Hahaha.

Setelah selesai mewarnai rambut, gue keluar kamar. Mama gue terkejut melihat gue.

"Heh! Anak ayam!" panggil mama gue.

Gue noleh. Eh, kenapa gue noleh ya? Kan gue anak mama sama papa, bukan anak ayam?!

"Venus, ma?" tanya gue.

"Siapa lagi orang yang di dalam rumah. Ngapain bolos? Rambut diwarna-warnain segala!"

"Gabut ma, ntar kalau keramas juga ilang,"

"Oh, bagus deh. Gabutmu sedikit bermanfaat. Anak ayam mama ganteng dikit,"

Gue tersenyum. Lumayan lah, pagi-pagi dapat ucapan kayak gini. Langka banget.

"Venus mau keluar bentar ya, ma," pamit gue.

"Ya, hati-hati!"

Etdah. Gue beneran dibolehin? Ini faktor rambut baru gue atau mama lagi baik hati atau gara-gara gue ngambek karena mau punya adik lagi, sih?

Kayaknya semuanya.

Demi kebahagiaan gue, gue akhirnya keluar dengan Jeniper. Hari ini Jeniper enggak dibawa sama kakak gue. Jadi gue bisa berkeliaran dengan bebas.

"Halo, Jeniper! Apa kabar? Kamu ngambek, ya? Maaf... enggak pernah ngajak jalan-jalan," ucap gue. "Tapi hari ini gue bolos, lho! Yuk jalan!"

Gue memakai helm dan mengeluarkan Jeniper dari garasi. Setelah itu gue muter-muter Jogjakarta dengan santai.

"Wih... mas itu ganteng banget!"

"Gila... pas banget model rambutnya!"

"MAS NOPE NYA DONG MAS!"

"MAS NEBENG PULANG DONG!"

Seruan demi seruan untuk gue terdengar merdu. Ini hidup yang gue harapkan dari dulu. Hingga akhirnya, gue ditelfon mama.

"Halo—"

"Nus, kamu jemput adek kamu ya, sekarang!"

Setelah itu panggilan ditutup. Untung gue enggak kaget. Ya mau bagaimana lagi, gue harus jemput adik gue sekarang.

Sampai di sekolahannya si Mo-on, gue memarkirkan Jeniper di depan, kemudian masuk ke area kelas. Jeritan dan nyanyian tiba-tiba terdengar.

"Wah... mas Sehun ada disini!"

"Love shot, na nana na nana nana!"

Ini bocah ngapa ya?

"Mas! Ayo nyanyi bareng! Na nana na nana nana!"

Guru-gurunya juga ikutan. Terus gue nyeret si Mo-on. "Yuk pulang. Bisa gila kakak disini."

"UWAHHH! AKU DIPEGANG SAMA SEHUN!!!" teriak Mo-on. Para guru dan teman-teman Mo-on bersorak.

"Ini kak Venus, woi!"

"UWAHHH! NGAKU-NGAKU JADI KAK VENUS! DIH, KAK VENUS ITU JELEK. KAKAK INI GANTENG! GAK MUNGKIN KAKAK INI KAK VENUS!"

Teman-teman Mo-on beberapa mulai mimisan.

Gue memejamkan mata, pengen emosi tapi tahu ini sekolahan. "Mo-on mau es krim gak? Kalau mau, ayo pulang."

"UWAHHH! KAK SEHUN MAU JAJAIN AKU ES KRIM KATANYA!"

Teman-teman Mo-on beberapa mulai pingsan.

"Mo-on sayangku, cintaku, kasihku, ini kakak. Kak Venus!"

"UWAHHH! AKU DIPANGGIL SAYANGKU. CINTAKU, KASIHKU!"

Teman-teman Mo-on sisanya kesurupan.

Serah deh, serah. Gue mau balik aja. Lo mau nginep sekolah juga gapapa, On! Capek gue.

Tjinta & Tinja - Cinta & Tai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang