21. Nasib saat Bolos Sekolah

270 31 0
                                    

Hari ini gue di rumah, sengaja bolos sekolah karena gue masih galau. Duh, dasar bucin.

Dan sialnya si Mo-on juga ikut-ikutan bolos sekolah kayak gue. Gue gak tahu kenapa dia bisa lolos dari serangan maut Mama yang setiap kali tahu anaknya bolos, semua barang di dapur pasti melayang termasuk pisau.

Di ruang tamu, si Mo-on duduk sampingan dengan gue. Kita saling diam, memikirkan pikiran masing-masing.

Dan gue mulai gabut. Gue memanggil Mo-on. "On,"

"Apa, kak?" balas Mo-on.

"Kamu ngapain bolos?"

"Karena kakak juga bolos,"

Oh... anak pintar! Memang yang tua jadi panutan, ya.

"On, kamu sekarang takut gak sama Rose?"

"Enggak,"

"Yasudah,"

"Kenapa emangnya? Dia di sebelahku?"

"Lagi jalan bareng sama Aero,"

"Aero?"

"Iya, musuh kakak,"

"Mau dikenalin, dong, sama Aero!"

"Lah? Kamu mau kenalan sama musuh kakak?"

"Iya, aku juga pengen jadi musuh kakak!"

"Kenapa?"

"Pengen aja gitu, musuhin kakaknya sendiri,"

"Kamu udah jadi biang rusuh di hidup kakak lho, sekarang mau jadi musuh? Oh, gitu ya sekarang jadi adik--"

Belum selesai gue marah, si Mo-on ambil tas.

"Ngapain?"

"Mau berangkat sekolah, bye!"

Mo-on menutup pintu rumah. Gue sih, gak percaya dia bakal sekolah.

Mo-on suka sekali memakai kaos oblong dan sempak saat di rumah. Apa iya, sekolah cuma pakai kaos oblong sama sempak aja? Gak mungkin, kan?!

Gue menghela nafas kesal. Mengapa cobaan hidup tidak berkurang-kurang.

"Venus, mama mau ke Pasar!" teriak mama di dapur.

"Iya, hati-hati, ma!" balas gue yang masih terduduk di kursi.

Mama tiba-tiba datang menghampiri gue dan menepuk belakang kepala gue dengan keranjang belanjaannya.

"Aduh, mama kasar sih!"

"Kamu yang kasar!"

"Lah kenapa kok Venus?"

"Di kode in malah enggak peka!"

Ha? Kode apaan? Gue kenapa lambat amat ya?

"Anterin mama ke pasar!"

"Lah, Jeniper dibawa sama kak Dera,"

"Kan ada mobil kamu yang baru itu,"

"Yah," gue menghembuskan nafas kembali, "nanti lecet gimana, ma? Kan sayang kalau lecet. Nanti kalau ada lebaran gak bisa naik,"

"Iya, ya. Yasudah ikut mama sebentar."

Mama melenggang pergi ke luar rumah. Gue mengikuti dari belakang. Kurang lebih jalan sekitar dua menit, sampai di suatu tempat.

Gue kaget karena mama berhenti di depan minimarket. "Ma? Mama jangan ngajarin gini dong. Nyuri motor orang di minimarket kan gak baik,"

Mama menabok punggung gue, "kamu itu anak siapa sih?"

"Anak..." gue berfikir, "anak siapa ya aku, ma?"

Mama menggelengkan kepalanya. Kemudian masuk ke dalam minimarket. "Eh, kamu tunggu diluar aja, bentar."

Gue duduk di emperan jalan. Sambil menunggu mama yang enggak tahu mau ngapain di dalam. Lalu gue mendengar suara gaduh di dalam. Gue sudah tahu siapa biang keroknya, pasti mama.

"Venus ayo pergi!" Mama keluar dan membawa trolly.

"HAH?" gue melongok melihatnya.

Mama kemudian masuk di dalam keranjang trolly itu. "Yuk, berangkat ke pasar!"

Hah? Mama yakin? Gue diminta ngedorong trolly ini sampai ke pasar yang jaraknya dua kilometer?

"Woi! Ibu! Trolly nya!" teriak orang di dalam minimarket. Gue rasa dia seorang pegawai disana.

"Kan aku sudah bilang, mau minjam sebentar buat ke pasar! Ayo Venus, jalan!"

Gue seketika terhipnotis kata mama. Gue jalanin aja trolly-nya sampai ke pasar.

Tjinta & Tinja - Cinta & Tai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang