"Mas, mau nyulik anak saya?!"
Seketika itu gue menegang. Gue udah mikir itu pasti bapaknya Alia. Gue kemudian mengetuk kaca jendela mobil gue, mengisyaratkan agar Alia keluar dari mobil.
Setelah itu gue menyalami bapak itu, "eh, pak. Assalamu'alaikum,"
Bapak itu menjawab, "mau nyulik bilang salam dulu?"
Etdah, seharusnya salam kan dibales. Ini malah disangka-sangkain lagi. Bapaknya Alia galak banget. Apa gue kasih permen karet yosan biar ga tegang-teganh banget ya?
"Itu pak... saya mau ngajak ke rumah," gue mencoba untuk berkata halus. Eh, emang kalau gue ngomong itu halus sih, enggak pernah kasar.
"NGAPAIN MAU KE RUMAH KAMU?!" Bapak itu ngegas.
Alia kemudian baru turun dari mobilnya, langsung menyalami bapaknya itu, "halo, Om,"
Gue menaikkan alis. Om? Ompreng? Ombak? Om...
Bukan bapaknya?
"Lho, kamu Alia?" tanya bapak itu.
Alia mengangguk, "iya, Om,"
"Saya kira anak saya tadi,"
"Hehe, bukan, Om. Saya mau keluar, anak muda, Om..."
Mereka terlihat akrab, kemudian Alia memberitahu gue, kalau Om itu adalah tetangganya. Ia memang punya anak perempuan yang seumuran dengan kami.
Gue mengangguk tanda mengerti. Kemudian pamit kepada bapak itu, "pak... saya pamit ya."
"Pamit mau pergi selamanya?"
"Etdah, pak. Sinis banget sama saya. Saya kan mau berbuat kebaikan,"
"Ya ya ya... hati-hati di jalan,"
"Oke pak!"
Gue dan alia menyalami kembali bapak itu, kemudian masuk ke mobil dan menuju ke rumah papa gue.
Setibanya disana, gue memparkirkan Jenie tepat di depan rumah, tidak masuk dalam bagasi, eh garasi.
"Assalamu'alaikum, Ma. Venus pulang bawa Alia!" ucap gue ketika masuk rumah, tepatnya di latar rumah sih.
Gue langsung melihat pemandangan dimana Mama memegang pisau daging dan Mo-on memegang pisau mainan. Mereka adu bacok, tapi dengan teknik yang aman.
Gue udah ga kaget melihat kelakuan keluarga gue yang sengklek ini. Alia juga gue bilangin kalau nanti pas di rumah ga usah kaget sama kelakuan keluarga gue.
"Mama, Venus bawa Alia," ucap gue lagi.
Mama langsung melempar pisau daging itu ke arah gue. Kali ini gue terkejut setengah mati. Posisi pisaunya berada di depan kaki gue. Untung aja enggak sampai kena.
"Mama kenapa sih?!"
"Latihan kalau nanti Indonesia dijajah lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tjinta & Tinja - Cinta & Tai ✔
Humor[do]AKAN TERBIT. Author tidak tanggung jawab jika ada pembaca yang tidak bisa berhenti tertawa. Ini cerita humor yang receh sekali antara kehidupan, cinta dan tahi dari kehidupan Venus. Dipersilahkan untuk berimajinasi saat membaca. Bahasa tidak bak...