"Kenapa sih?" ucap gue yang melihat Alia ketakutan dan meminta gue untuk menurunkannya di pinggir jalan.
Enggak mungkin, kan, cewek ditinggal di pinggir jalan gitu aja? Tapi Alia bener-bener memaksa gue.
"Lo enggak jadi mampir?" tanya gue lagi.
"Lain kali,"
"Mama gue, kan, yang minta. Itu ngidamnya mama juga. Ntar adik gue ileran gimana?"
"Lain kali gue mampir. Udah gue mau turun."
Akhirnya dengan terpaksa gue menurunkan Alia, tapi bukan di pinggir jalan. Di halte biar dia bisa cari kendaraan lain.
Wajahnya ketakutan banget gitu. Gue jadi teringat waktu Alia ngata-ngatain Gondrong orang aneh karena indigo. Apakah gue juga termasuk dalam list orang aneh Alia?
Kan, kita baru anget-angetnya. Gimana sih. Pusing gue sama cerita cinta dan hidup gue. Beneran kayak tai.
Gue pulang ke rumah tanpa Alia. Disana papa, mama dan Mo-on udah siap-siap makan. Tapi gue enggak bawa Alia datang.
"Mana Alia?" tanya mama.
"Pulang, ma," balas gue jujur.
Mama nangis. Tuh kan, dibilang juga apa. "Ke... kenapa? Gara-gara anak ayam mama jelek, ya?"
"Astaga... ganteng gini dikira jelek. Venus mandi dulu, biar enggak dikatain anak ayam gara-gara rambut Venus,"
"Kakak kok enggak dimarahin sama ibu guru, rambutnya gitu ke sekolah?" Mo-on tiba-tiba nyahut.
"Anak most wanted mah bebas." Gue masuk ke dalam kamar.
Disana gue ketemu Rose sana Aero yang lagi nungguin gue.
"Apa?" tanya gue sengak.
"Lo apain adik gue?" tanya Aero.
"Enggak tahu. Tiba-tiba gitu aja,"
"Dia phobia sama kita," Aero menunjuk dirinya sendiri dan Rose.
"Maksudnya?" Jelas ini gue binggung. Kenapa?
"Dia dulu juga anak indigo. Suka kerasukan, enggak pernah bisa ngontrol diri, gue dulu sering kena imbasnya. Dicakar-cakar gitu. Dia ketakutan banget, sampai akhirnya gue meninggal dan dia masih bisa ngelihat gue kembali. Gue coba bilang ke dia, dunia akan baik-baik aja tanpa gue. Tapi dia masih aja takut." Aero mulai menjelaskan sedikit demi sedikit, "dia sempat dibawa sama makhluk yang sama kayak kita dan enggak ditemukan selama berhari-hari juga."
"Gue gagal paham. Langsung intinya,"
"Ya dia takut gitu sama makhluk kayak kita, katanya nyeremin. Terus akhirnya ketutup sendiri, pas gue manggil-manggil dia buat ibadah, dia enggak bangun. Biasanya langsung bangun. Gue coba ngomong sama dia, tapi enggak merespon. Gue bersyukur saat itu. Dia enggak ketakutan lagi."
"Terus, kan gue anak indigo, kenapa dia harus takut?"
"Dia selalu teringat aja sama masa lalunya jadi anak indigo yang dikelilingi oleh mereka."
"Oh... gitu. Lucu, ya."
"Lucu dari mana bego!" Aero menampol pipi gue.
"Aduh sakit bangsad!" Gue melirik ke arah Rose, berharap dia kasihan sama gue.
Tapi Rose malah membuat muka yang bener-bener serem. Ini pertama kali gue melihat Rose dengan wajah yang... gimana, ya? Retak, banyak belatung, pokoknya serem. Lebih serem dari hantu-hantu lainnya.
"Mandi dulu, bye!" Gue langsung pergi ke kamar mandi karena ketakutan.
Saat mau masuk, gue sekilas melihat Aero dan Rose bertatap-tatapan, kemudian gue menutup pintu dan gue mendengar pembicaraannya dari balik pintu.
"Sayang, make up aku serem, ya? Kok Venus pergi?" Rose merengek kepada Aero. "Kan aku mau nunjukin make up buat wedding besok!"
"Iya yang. Make up kamu kayaknya terlalu horor. Ganti MUA aja yuk?"
Anjir. Gue kira itu bukan Rose. Ketipu make up!

KAMU SEDANG MEMBACA
Tjinta & Tinja - Cinta & Tai ✔
Humor[do]AKAN TERBIT. Author tidak tanggung jawab jika ada pembaca yang tidak bisa berhenti tertawa. Ini cerita humor yang receh sekali antara kehidupan, cinta dan tahi dari kehidupan Venus. Dipersilahkan untuk berimajinasi saat membaca. Bahasa tidak bak...