Epilog

309 34 10
                                    

Disinilah keluarga gue dan Alia sekarang, di halaman rumah yang cukup sempit untuk dihuni oleh enam orang.

Papa, Mama, kak Senja, kak Dera, Mo-on, Alia dan pastinya gue.

Eh ralat. Tujuh orang. Gue lupa ngitung diri sendiri.

Mama yang tadi selesai bermain perang-perangan akhirnya duduk manis di kursinya, kak Dera asik telfonan sama pacarnya, kak Senja bikin barbeque, Mo-on ngerusuhin kak Senja, Papa ngefoto kak Senja sama Mo-on dan gue sama Alia cuma lihat mereka aja.

Untung gue punya pacar waras.

Keluarga gue waras sih... tapi kelakuannya agak sengklek.

"Maafin mereka, ya. Emang gitu," ucap gue.

"Kamu dari tadi minta maaf terus. Udah, kalem aja," balas Alia.

Gue menghembuskan nafas lega. Kemudian gerbang rumah ada yang buka.

"Assalamu'alaikum, permisi!"

Semua orang pandangannya beralih ke gerbang pintu.

"Sayang!" ucap kak Dera.

Kalian sudah tahu dong, kalau kak Dera udah panggil sayang berarti itu pacarnya, enggak mungkin tukang sapu.

"Selera anak-anak bagus juga," ucap Papa.

Duh, papaaaaa!

Micayla, atau gue sering panggil dengan nama kak Mic adalah pacar kak Dera. Kak Mic berjalan menuju kami, di belakangnya ternyata ada Rana. Pacar baru kak Senja, temannya kak Mic juga sih.

Sip. Pikinik dengan calon mantu Papa dan Mama sudah lengkap.

Kak Senja dengan kak Rana, kak Dera dengan kak Mic, gue sama Alia.

Eh, Mo-on? Dia nangis dipojokan.

Sebelumnya gue pernah ngasih tahu kalian kalau Mo-on putus sama pacarnya dan dia sepertinya gagal move on.

Alia menyenggol gue, kemudian menunjukkan sebuah pesan.

Nella👻
Hei. Hari ini gue mau berangkat. Sebelumnya, gue minta maaf ya, udah ngerusuhin lo sama Venus. Langgeng lo. Awas kalau enggak!

Gue menaikkan bahu, untuk apa juga gue peduliin Nella. Apa mungkin dia berharap gue ada di bandara sambil ngelepas dia gitu?

Gue bukan orang yang memberikan kesempatan kedua. Camkan itu ya.

Dan sepertinya halaman rumah gue makin banyak orang, tetangga-tetangga komplek gue pada datang tanpa undangan.

"Lho, kok makin rame, sih?" tanya kak Senja.

"Ga tau juga, kenapa, ya?" balas Papa.

"Saya sih, disini diundang sama mas Venus," ucap pak Bram, satpam komplek kemarin. "Mas Venus jangan lupa perkataan mas yang kemarin ya,"

"Terus, yang lain ini kesini kenapa?" tanya gue kepada tetangga-tetangga yang lain.

"Mo-on telfon kita katanya ada tasyukuran," ujar salah satu tetangga gue.

Gue langsung nengok ke arah Mo-on. Dia tidak menangis lagi, tapi cengar-cengir tanpa dosa.

Mama gue ngeluarin pisau dagingnya lagi. Duh, mulai deh perangnya. Mama sepertinya marah besar gitu. Kan niatnya cuma bertujuh, tapi malah seramai ini. Benar aja, Mama gue maik pencak silat gitu. Ngadepin si Mo-on lagi. Kasihan tuh bocah. Tapi ya si Mo-on ngeladenin aja.

Gue masukin Alia, kak Mic sama kak Rana ke dalam rumah. "Ikutin gue ya," ucap gue.

Gue ke dapur, ambil jagung lalu buat popcorn. Alia bikin es teh, kak Mic sama Rana jualan kacang, kuaci, permen.

"Hey, Venus! Katanya ada live streaming di rumah lo, makanya gue kesini sama Gondrong!" Rico datang bersama Gondrong. Ada juga pacarnya Gondrong juga, tapi yang bisa ngelihat cuma gue sama Gondrong, lah.

Gue nge-iya-in aja. Mereka masuk dan ngebantuin gue bikin popcorn sebentar. Setelah itu mereka ikut duduk di halaman rumah, sempit-sempitan ngelihat Mama sama Mo-on perang. Sebenernya gue pusing juga. Mama itu hamil adek gue, tapi tingkahnya aneh banget. Eh, udah dari dulu sih, anehnya.

Gue berjualan disana. Lumayan untung banyak, bisa buat kuliah kan? Alia juga laris manis, begitupun kak Mic sama kak Rana.

Gue juga ngelihat Rose dan Aero di atas tetangga gue, ya melayang gitu. Namanya aja setan. Gue sapa pakai bahasa isyarat.

Siapa lagi yang kurang, ya?

Oh, papa gue jadi sutradara disana. Kak Senja sama kak Dera penyutingnya. Udah, ini seratus persen edan.

Mbak-mbak minimarket ternyata ikut nonton. Dia ngejual kacamata biar gak silau karena ini live.

Tetangga-tetangga gue sudah lengkap makai kacamata, membeli barang dagangan gue dan yang lainnya. Sip, bisokop sedang dimulai.

Acara barbeqeuan keluarga gue hancur. Gue pusing dah mau bahas apa lagi dalam kondisi seperti ini.

Sepertinya cukup segini aja. Kesengklekan keluarga gue enggak bisa dihapus. Yang penting gue udah punya pacar setelah merasakan rasa percintaan kayak tahi.

💩💩💩💩💩

Ending. Terimakasih udah baca sampai sini. Walaupun banyak yang garing banget.

Ada yang mau Tjinta dan Tinja 2?

Kalau ada sih, diusahakan enggak garing mlempem. Ceritanya nyeritain tentang hubungan Venus dan Alia, keluarganya yang somplak, cerita indigonya Venus juga bakal masuk dan itu semua dibuat kocak.

Ada yang baru? Tentunya ada!

Kalau enggak ada yang mau sih, enggak apa-apa 😂

Oh iya, do'akan mau buat cerita baru judulnya Jodoh Abdi Negara. Udah 1/2 cerita sih, author sering nangis pas buatnya, gatau kenapa :"

Jangan lupa dibaca ya. JODOH ABDI NEGARA rilis hari KAMIS.

Untuk To the Moon and Back sama Badass sepertinya benar-benar hiatus.

Keinget hanbin kan gini :(

Yaudah, see you di Jodoh Abdi Negara.

Ingat, hari KAMIS.

Tjinta & Tinja - Cinta & Tai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang