"ASHIAAP!" Mama mengambil pisau dapur, benar-benar mau membunuh gue. Kan, gue cumaa bercanda, ma.
Mama semakin dekat ke arah gue. "Ma... Venus... cuma ber... canda," ucap gue gugup. Apakah hari yanh indah ini akan menjadi hari terakhir gue?
Mungkin jarak sekarang hanya tiga puluh centi. Gue yang posisinya duduk hanya bisa diam. Kan gue anaknya penurut sama orang tua. Nyawapun gue kasih kalau diminta. Eaaa.
Duh, bukan waktunya ngelawak, bambank! Mama udah dekat banget. Sepertinya jantung gue incarannya. Gue menutup mata gue sambil baca ayat kursi. Kali aja mama sedang dimasuki roh halus walaupun gue belum papasan sama rohnya.
Jlep. Suara pisau menusuk. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Jantung gue masih deg-degan. Eh, kok masih deg-degan?
Gue membuka mata.
"Bercanda!" ucap mama sambil tertawa.
Ini mama kenapa sih? Gue heran. Enggak lucu, nyawa jadi ancaman iniii! Duh, enggak bisa ngebayagin adik gue gimana modelnya besok. Mungkin lebih eror ya?
Kemudian suara pintu terbuka. "Mo-on pulang!!" kata Mo-on sambil melempar sepatu.
"Wah... kak Sehun mau nginep di rumah aku, ya?" tanya Mo-on.
Duh, kumat kan.
"Mama. Mama tahu enggak, ini tuh, kak Sehun. Boyband dari Korea itu, lho." Mo-on menggoyang-goyangkan lengan mama.
"Anak ayam gini kok dibilang Sehun. Bihun ya iya!" balas mama.
"Ih, ini beneran kak Sehun,"
"Udah-udah. Kamu pulang sama siapa? Mama belum pesan grab, lho," tanya mama bingung.
Mo-on tiba-tiba tersenyum lebar. "Tuh... sama kakak cantik di depan pintu!"
Gue dan mama langsung menatap ke arah luar rumah.
"He... hei!" panggil gue gugup.
Kemudian perempuan itu menoleh. Wajahnya bersinar sekali seperti matahari.
Gue menutupi wajah gue dengan telapak tangan, mencoba untuk melihat siapaa orangnya. "Eh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tjinta & Tinja - Cinta & Tai ✔
Humor[do]AKAN TERBIT. Author tidak tanggung jawab jika ada pembaca yang tidak bisa berhenti tertawa. Ini cerita humor yang receh sekali antara kehidupan, cinta dan tahi dari kehidupan Venus. Dipersilahkan untuk berimajinasi saat membaca. Bahasa tidak bak...