[1] Megan Merkurius POV

997 55 26
                                    

Sinar matahari menyeruak menembus jendela kamarku. Jam weker berbunyi, seakan ikut berpartisipasi membangunkanku. Sontak aku bangun dari ranjang dan segera mematikan jam wekerku. Aku pun segera mandi, karena hari ini adalah hari pertamaku sekolah di SMA Penerus Bangsa Jakarta, dan masih dalam masa orientasi.

Ckling

Bunyi notif whatsapp grup terdengar ditelingaku

SA2

Violet :Hey, buruan!udah pagi!cepet berangkat sekolah!

Alina :Iyaaa,sampe sana cepet cari cowok buat dikecengin:))

Nayla :Cowok aja yang lo pikirin,hahaha . Lo pada berangkat sekolah naik apa?

Asya :Dianterin lah, ya kali naik angkot, kan hari pertama,hehehe

Rachel :Gue nebeng ya syyaa. Gue tunggu di jalan Guntur

Fara :Udah nih ngomongnya? Buruan siap-siap gih!

Rachel :Okeh

Buset! gara-gara nenggepin mereka, kan aku jadi telat mandinya. Oke, sekarang aku harus mandi, terus turun ke meja makan, habis itu ngebangunin Pak Aji buat nganterin aku.

--

Kelar dah mandinya, aku harus tampil serapi mungkin dan secantik mungkin. Aroma masakan mama emang top, pagi-pagi udah ke-cium banget di hidung. Makin nambah mood makan aja.

"Ma, mama masak apa?" Tanyaku dengan sedikit teriak.

"Mama masak kare, cepet turun ke bawah udah mau jam 6 nih."

"Siap, Ma."

Eh, bener juga mama. Aku segera turun dan menyantap habis makananku. Kemudian berangkat diantar Pak Aji. Di jalan, Pak Aji ngomel mulu. Nasehatin ini-itu, dan aku cuma bisa jawab iya, iya, dan iya.

"Non, nanti sampai sana cepet gabung sama temen-temen non yang lainnya. Jangan sampai sendirian, cari teman baru yang baik. Kata nyoya uang jajan jangan dihabisin. Sisanya ditabung, buat non sendiri. Terus, non..."

"Pak, pak, udah sampai belum? Kasihan telinga saya ngedengerin Pak Aji ngomel mulu." Sumpah demi apa, dari tadi Pak Aji ngomel ini-itu intinya pun tetap sama, dan telingaku serasa mau copot dengerinnya.

"Oh iya non, ini udah sampai." Pak Aji kemudian memarkirkan mobilnya, kemudian membukakan pintu mobil untukku.

"Makasih pak, nanti pulangnya aku telfon aja. Assalamu'alaikum." Aku berjalan menuju gapura sekolah.

"Wa'alaikumsalam, iya siap non." Pak Aji pun pulang.

Sampai di gapura, aku menelfon Rachel untuk mengetahui dimana mereka sekarang. Ngomong-ngomong, sekolah ini memang bener-bener besar dan bagus banget bangunannya. Bakalan betah sekolah disini, apalagi murid-muridnya pada pinter semua lagi.

"Halo Gan, lo udah sampai sekolah?" Suara Rachel dari seberang sana.

"Iya nih, hampir aja telat. Yang lain udah datang semua?" Tanyaku sambil berjalan di koridor.

"Udah sampai semuanya kok, lo sekarang cepat buruan ke lapangan dalam. Kita semua ada disini rame banget." Jawab Rachel dengan teriak-teriak. Buset nih anak, dia kira aku gak dengar apa.

"Oke gue kesana sekarang," lalu aku mematikan sambungan telfonnya, dan tiba-tiba...

Gubrakk

Aduh mati aku, masih hari pertama sekolah, dan udah nabrak kakak OSIS kayak gini. Bisa-bisa hancur imageku.

"Eh, maaf kak." Hanya kata maaf yang bisa aku lontarkan, kemudian membantunya mengambil buku-buku yang jatuh, gara-gara aku. Setelah itu buku-bukunya udah rapi digenggaman kakak OSIS itu. Ngomong-ngomong , kakak OSIS ini lumayan ganteng, haha.

"Iya, makasih udah dibantuin, dan lain kali kalau lagi telfon jangan sambil jalan." Jawab kakak OSIS itu sambil senyum, dan Ya Tuhan!! Dia bukan hanya lumayan ganteng, tapi ganteng banget, baik lagi.

"Oh, eh, iya kak maaf ya." Ya Tuhan!! Sekali lagi imageku hancur. Bisa-bisanya aku melongo lihat mukanya, terus jawab sambil gagap. Mau taruh mana muka ku?

"Hehehe iya, gak papa kok. Aku pergi dulu ya." Ya Tuhan!! untuk ketiga kalinya aku menyebutmu, dan ini semua gara-gara dia. Kakak OSIS yang gantengnya kebangetan, baik, dan senyumnya yang bikin melting. Kakak itu "itu". Tanpa nama, iya nama, namanya siapa??

"Kak!!" Spontan aku teriak memanggilnya. Dasar mulutku ini.

Lalu kakak itu berbalik dan aku bisa melihat namanya dari tanda pengenal yang dia pakai. Namanya "Ryan". Aku harus segera cari tau tentang kakak itu. Eh maksudku Kak Ryan. Ya harus!!

"Iya apa?" Dia menjawabnya, dan akupun hanya bisa melongo tidak tau harus gimana.

"Eh, gak papa kak Cuma manggil, maaf." Entah untuk keberapa kalinya aku minta maaf ke dia. Bodo amat. Yang penting sekarang aku harus cerita ke teman-teman. Setelah kak Ryan hilang dari pandanganku, aku langsung menuju ke lapangan dalam dengan girang.

Sampai di lapangan dalam, aku disambut dengan suara cempreng khas Violet.

"Megan!! Lama banget sih lo? Dari mana aja?"

"Sori-sori, gue tadi habis ketemu sama kakak OSIS, namanya Ryan, jadi ceritanya gini..." akupun menceritakan kejadian tadi ke mereka.

"Hebat lo Gan, pagi-pagi udah ngecengin kakak OSIS. Untung banyak lo." Kata Alina sambil dorong-dorong. Tega bener dia ngedorong aku yang jelas-jelas hanya tubuh dengan tulang-belulang dilapisi kulit putih pucat nan lemah ini.

"Iya-iya, gue tau lo juga ikut seneng Lin, tapi jangan dorong-dorong gini dong. Kalau gue jatuh, kan gak lucu." Protesku dengan nada memelas. Bukannya meraka kasian, sekarang malah bukan hanya Alina yang mendorongku, melainkan mereka semuanya. Dasar Temen.

"Hahaha, Gan, btw, bukan hanya lo yang naksir kakak OSIS, gue juga tau. Malahan yang gue taksir itu. Ketos nya, Men!" seringai Rachel sambil nunjuk-nunjuk ketos yang dimaksud. Dan setauku nama ketos tersebut Kak Nigel. Wajarlah Rachel suka, Kak Nigel emang tipe cowok idaman Rachel dari dulu. Setahuku, dia tegas, baik, dan tampan lagi dan tambahan, dia itu ketua OSIS. Pastinya banyak tuh yang naksir.

"Chel, serius lo suka sama ketos itu, berani lo tanggung resikonya? Secara ketos pasti banyak yang suka, apalagi model Kak Nigel itu." Kata Asya mengingatkan. Emang bener kata Asya, sama seperti pemikiranku.

"Biarin lah ya, kan cuman suka. Eh kan gue sama Megan udah naksir kakak OSIS, Fara, Alina, sama Asya tadikan juga udah digodain tuh sama kakak kelas lainnya. Nah sekarang tinggal Nayla sama Vio nih yang belum ada tanda-tanda. Ya nggak? Hahaha." Goda Rachel sambil colek-colek Nayla dan Violet. Gak disangka sebelum aku datang kesini, ternyata Fara, Alina, sama Asya udah digodain. Pastinya mereka manfaatin hal itu buat nguras abis dompet orang yang godain mereka. Itu sih udah pasti. Hahaha.

"Halah, ngapain juga gue mikirin cowok. Ribet. Lagian juga belum nemuin yang cocok. Bener gak Vi?" jawab Nayla enteng dan minta pendapat Violet. Sebenernya, bener juga omongan Nayla. Tapi aku udah ketemu yang cocok sih jadinya bodo amat ribet atau gak.

"Iya tuh bener Nayla. Gue percaya kalau emang jodoh gue disini, ya dia bakalan dateng sendiri ke gue. Jadi gak perlu gue cari-cari." Sergah Violet dengan prinsip termutakhirnya. Dan tumbenan si Violet encer otaknya masalah beginian.

"Tumben otak lo encer Vi, haha." Godaku ke Violet. Lalu dia Cuma melototiku, kemudian semuanya tertawa.

Bagi para peserta didik baru dimohon untuk berbaris.

Kami semua berbaris. Kemudian mendengarkan arahan dari guru dan kakak-kakak OSIS. Kami melaksanakan kegiatan MOS bersama dengan senang hati. Aku berharap nanti bisa bertemu dengan Kak Ryan lagi, dan pastinya aku akan meminta bantuan teman-teman lainnya untuk membantu mencari info tentang Kak Ryan. Sebenarnya aku tidak yakin kalau namanya itu Ryan, soalnya tadi waktu aku melihat tanda pengenalnya itu sedikit tertutupi buku-bukunya. Jadi aku harus mencari info lebih lanjut. Untuk kali ini aku akan melaksanakan MOS dahulu, nanti istirahat aku akan membicarakannya dengan teman-teman.

Teeetttt

***

vomment kalian sangat berarti:))

Makasih

Rumit.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang