[4] Violet Venus POV

610 46 19
                                    

Gubraakk

"Aaakkhh.."

"Ada apa non?!"

"Oooh, gak papa kok Bi Tun, itu tadi suara perut Vio lagi demo, aaww.."

Oke, asal kalian tau aja, gue barusan jatuh dari kasur, dan langsung berdiri tegak. Akibat kejadian bangun tidur gue kali ini, ada satu hal yang dapat dipetik.

"JANGAN SAMPAI KALIAN KETIDURAN DI PINGGIRAN KASUR, KARENA AKAN MEMBAHAYAKAN DIRI ANDA SENDIRI SAAT TERBANGUN DI PAGI HARI."

Oke, gak penting. Hiraukan.

Gue mandi dulu, bentar. Setelah mandi, gue ganti baju dan memakai seragam sekolah kemarin—yang udah bersih, soalnya abis dicuci semalam sama Bi Tun--. Kali ini rambut gue yang lurus hitam pekat tanpa gelombang, gue biarin tergerai. Tujuannya bukan biar tampil keren, tapi emang kuncir rambut kesayangan gue hilang entah kemana. Setelah merias diri di kamar, gue pun segera turun ke bawah untuk sarapan. Tapi sebelum nutup pintu kamar, gue lupa satu hal, yaitu jaket cowok kemarin. Yaps, karena gue udah diajarin caranya tanggung jawab, jadi gue ambil tuh jaket dan memasukannya di tas ungu gue.

"Hhh, ngrepotin aja. Untung gue tau caranya berterima kasih," gerutu gue saat menuruni tangga.

Saat berada di meja makan, gue cuma mencomot roti yang dibuat Bi Tun dan meminum susu. Kemudian pamit berangkat sekolah. Ya, sebelumnya gue udah bilang lah, kalau tidak dalam keadaan genting, gue berangkat-pulang sekolah ya naik angkot atau bus. Wajar gue selalu berangkat pagi dan kadang sampai di sekolah pun gue masih keduluan yang lainnya. Jadi, pagi ini gue pergi ke halte bus, karena gue gak suka kalau pagi-pagi naik angkot. Tau kenapa? Ya, lo bayangin aja, gue kadang harus duduk berdesakan sama emak-emak SKSD, kalau gak gitu sama abang-abang genit yang bawa ayam jago kemana-mana. Jadi lebih baik naik bus, tinggal nunggu bentar, terus duduk dengan nyaman, kemudian sampai di sekolah dengan selamat dan hati gembira. Selain itu lebih elite dari angkot, (walaupun juga beda tipis sih) yang penting bayarnya pake uang bokap gue. Ogah banget pake uang sendiri, ini kan gantinya bokap gue yang kagak pernah nganterin anaknya ke sekolah.

Sampai di gerbang sekolah, gue turun dari bus dan kemudian masuk sekolah. Seperti kemarin, gue langsung menuju ke lapangan dalam. Dan benar, di sana udah ada Rachel, Nayla, Fara, dan Asya. Gue segera ke mereka. Saat berjalan kesana, gue melihat dari kejauhan sana, ada cowok yang kayaknya pernah ketemu sama gue. Oh ya, itu kan cowok kemarin. Gue berniat ngembaliin jaketnya dengan berbelok ke arahnya. Tapi tiba-tiba Megan manggil gue sambil berjalan bareng Alina. Ya, jadinya gue mengurungkan niat ngembaliin jaket deh.

"Vio!" panggil Megan. Gue segera menoleh dengan tersenyum dan mengangkat alis. Kemudian gue nyamperin mereka dan berjalan menuju teman-teman yang lainnya. Saat sudah bersama mereka semua, yang gue heranin cuma satu. Alina sahabat gue yang paling camplak dan muka badak, sekarang cuma diam dan memelototi hp-nya. Tapi gue gak mau nanya yang aneh-aneh, mungkin aja masalah pribadi.

"Eh, kalian tau gak? Besok kan hari terakhir MOS, nah di sini mau ngadain pesta topeng, dan nanti ada pensi untuk nunjukin bakat. Seru tuh pasti," kata Rachel girang.

"Wah iya seru. Nanti malam kita harus nyiapin baju yang bagus dan topeng," tambah Fara. Kemudian mereka berbincang-bincang mengenai pesta topeng. Tapi gue gak ikut andil bicara sama mereka. Gue punya firasat buruk kali ini. Jadi, dari tadi gue cuma ngelihat air muka Alina yang sepertinya sedang shock, atau kaget mungkin. Dan benar saja, tiba-tiba dia bicara memotong pembicaraan yang lainnya dengan nada serius.

"Guys, Luna keluar dari group SA2 dan contactnya sama sekali gak bisa dihubungin. Gue takut ada apa-apa sama dia. Dan yang lebih parah, sebelumnya dia ngirim pesan kayak gini," kata Alina tiba-tiba dan kemudian menyodorkan hp-nya ke kami semua.

Rumit.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang