[29] Arya Gunawan POV

67 18 0
                                    

Darah? Jujur gue paling benci sama yang namanya darah. Dan gue gak bisa bayangin gimana Giselle bisa nulis namanya pakai darahnya sendiri di sapu tangan pemberian Jelo. Apa mungkin Giselle menyakiti dirinya sendiri dengan menyayat bagian tubuhnya demi mendapatkan cairan bernama darah, untuk memberi petunjuk dengan menuliskan darah tersebut di sapu tangan? Atau mungkin memang Giselle sudah disakiti dan dianiaya oleh si Jubah Hitam? Demi apa virus kepo Asya bisa nular gini ke gue.

Kresekkk...

Sontak kami semua menoleh ke arah sumber suara.

"Woy! Siapa woy?!" Teriak Farel.

"Apa daritadi kita diintipin?" Tanya Megan.

"Siapa cobak yang ngintipin kita selama tadi?" Tuh kan kumat penyakit kepo si Asya.

"Apa mungkin orang suruhan Jubah Hitam? Atau jangan-jangan Puti?" Lah, kenapa gue jadi ikut-ikutan kepo kayak gini sih.

"Buset kalian berdua, kontrol dikit napa rasa kepo kalian," ujar Rasya.

"Tau nih Asya yang nularin ke gue," elak gue.

"Lah kok jadi gue? Lo tuh yang nempel mulu ke gue kayak perangko." Sergah Asya tak terima. Bukannya dia yang nempel mulu ya ke gue?

"Udah-udah kalian berdua ini sama aja," ledek Fara. Gue pun cuma manyun-manyun sambil liatin si Asya yang ngambek ke gue.

Ah kenapa lucu banget sih Asya kalau lagi ngambek. Dengan niat jahil, gue mendekati Asya dan mencolek-colek pipinya dengan jari telunjuk. Asya makin jengkel dengan perlakuan gue dan memilih menghindar dari gue. Nampak senyum nakal diwajah gue, saat terus mendekati Asya.

"Ngambek nih?" Tanya gue dengan terus mencolek pipinya, dengan niat ngebuat Asya salting dan baper. Sepersekian detik kemudian, tiba-tiba tangan gue dipegang cepat oleh Asya, yang justru membuat gue gugup dan susah bernapas.

"Kok muka lo tegang? Senjata makan tuan ya?Huh," sindirnya dengan senyum licik diakhir kalimat. Gue makin gugup saat Asya melangkahkan kakinya satu langkah semakin dekat dengan gue.

"Gue kasih tau ya, gue bukan tipe cewek lembek yang digoda dan dirayu dikit langsung gugup dan tunduk gitu aja. Jadi, hati-hati aja kalau mau godain gue." Jantung gue seketika salto saat dia tersenyum licik dan menepuk pelan pipi gue diakhir kalimatnya.

Setelah melakukan hal seperti itu, Asya segera pergi menyusul teman-teman BS lain yang sedang mencari-cari sesuatu. Dan gue masih saja mematung mencoba meredakan degupan kencang jantung gue. Harga diri gue jatuh seketika di depan Asya. Mau taruh mana muka gue?

"Arya! Woy sini! Kita nemuin sesuatu," ah iya, hanya karena godaan dari Asya aja, gue udah lupa apa tujuan gue kesini. Emang dasar si Asya, tuh anak emang bukan cewek sembarangan. Gue berlari ke arah semak-semak depan gudang. Gue lihat Jelo udah ngumpat gak jelas, dan si Alina sama Vio yang bergantian absenin hewan-hewan di kebun binatang.

"Weh, santai dong guys! Ada apaan sih?" Tanya gue saat sampai di sana.

"Noh baca!" Kata Bryan dengan menyodorkan secarik kertas lusuh ke gue.

~Kapan nih selamatin Giselle nya? Keburu mati loh:)~

"BANGSAT ANJING BABI! JUBAH HITAM SIALAN! DIMANA SIH TUH KAMPRET SEMBUNYIIN GISELLE!!" Parah gila tuh Jubah Hitam pasti psikopat gila. Otak gue udah mentok, kagak tau lagi siapa yang harus gue curigai sebagai si Jubah Hitam.

Berani-beraninya dia mau nyakitin Giselle, sampai bawa-bawa mati segala. Teka-teki gilanya lebih ribet dari rumus fisika dan matematika.

"Orangtua Giselle perlu dikasih tau gak kira-kira?" Tanya Rachel.

Rumit.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang