[9] Rachel Mars POV

258 39 18
                                    


"Udah guys, nanti aja dibahas sekarang waktunya masuk," ujar si Fara yang emang semangat banget ngikutin MOS.

"Yaudah, yuk!" ajak si Vio.

"Kalian duluan aja. Gue mau ke koperasi bentar, beli bolpoin," yang emang waktu itu bulpen gue udah abis. "Yaudah kita duluan ya, Chel," pamit Alina.

"Oke, nanti gue nyusul," ucap gue memantapkan.

Letak koperasi sedikit jauh sih emang dari lokasi lapangan tempat MOS. Jadi, gue harus melewati kantin lagi untuk menuju koperasi. Sebenarnya ngapain juga ya gue repot-repot beli bolpoin, toh ada mereka yang pasti bakal minjemin gue. Yah, siapa lagi kalau bukan sahabat-sahabat gue. Tapi, gue bukan orang yang suka minjem-minjem barang orang selagi gue masih sanggup buat beli.
Buat ke koperasi, gue harus melewati kantin terlebih dahulu, yang ternyata masih banyak kakak kelas nongkrong meskipun waktu udah masuk. Saat gue melewati kantin, tiba-tiba datang segerombolan kakak kelas cewek nyamperin gue.

"Eh, elo yang namanya Rachel?" tanya salah satu dari mereka dengan nada menantang.

"Iya, kak," hanya kata itu yang sanggup keluar dari mulut gue.

"Lo jadi cewek jangan kecentilan deh!! Cowok-cowok kami pada kabur dari kami semua gara-gara elo!!" bentaknya.

"Tapi sorry-sorry aja ya kak, aku bukan cewek gatel yang suka ngrebut pacar orang," balas gue.

Plaaakkk...

Satu tamparan keras mendarat di pipi gue, spontan aku memegangi pipiku. "Dasar cewek ganjen. Udah salah masih gak mau ngaku juga. Cowok-cowok kami ninggalin kami gara-gara kecentilan elo, tau!" sambung salah satu cewek.

"Dasar cewek gatel," hampir saja tamparan kedua mendarat di pipi gue. Tiba-tiba, sebuah tangan cowok yang kekar menghentikan tangan cewek tersebut, yang gue lihat di name tag-nya bertuliskan Cindy.

Ternyata yang menghentikan tangan Kak Cindy adalah Kak Nigel- sang ketua OSIS pujaan hati gue- Demi hewan berliur di seluruh dunia, apakah ini mimpi? Kalau iya, tolong bangunkan saya secepatnya, Tuhan.

"Bisa sopan dikit gak sih ke adik kelas?" tanyanya tegas.

"Mmm... eh Nigel. Hai, Gel," sapa Kak Cindy basa-basi yang cenderung basi.

"Gak usah basa-basi. Lo barusan nampar dia?" tanya Kak Nigel dengan penuh ketegasan.

"Iya! Emang kenapa?" balas Kak Cindy dengan nada yang langsung berubah drastis.

"Gimana sih lo? Lo itu OSIS, Cin, harusnya lo berperilaku baik ke siapapun. Nggak kayak gini, beraninya lo nampar adik kelas, hah?! Gue bisa aja ngeluarin lo dari keanggotaan OSIS kalau perilaku lo gini terus. Atau lo mau gue laporin ke BK?" ancam Kak Nigel serius.

"Gue gak peduli, Gel," balas Kak Cindy singkat lalu meninggalkan gue dan Kak Nigel. Kak Nigel hanya bisa menggelengkan kepala.

"Udahlah, nanti dia biar aku urus. Em, kamu gapapa?" tanya Kak Nigel. Sumpah demi apa gue sekarang deg-deg an banget.

"Oh, em..., gakpapa kok, Kak Nigel," balas gue gelagapan. Malu banget gue sumpah.

"Eh kok tau namaku?" tanya dia.

"Tau lah kan Kak Nigel ketua OSIS. Ya kan?" tanya gue memastikan.

"Iya. Btw, nama kamu siapa?" tanya Kak Nigel.

"Aku Rachel, Kak. Rachel Mars," ucap gue sambil mengulurkan tangan.
"Oke, salam kenal ya," ucapnya sambil menjabat tangan gue. Omegaatt... mimpi apa gue semalem.

"Iya, Kak," balas gue gugup.

"Ke UKS dulu gih, beresin luka kamu," ajak Kak Nigel.

"Enggak usah, Kak. Nggak papa kok, berdarah dikit doang."

Rumit.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang