[23] Rachel Mars POV

117 19 2
                                    

"Chel, lo belum absen di BK tuh!"

Suara temen sekelas gue membuatku berhenti mengerjakan tugas matematika dari Pak Jino. Ya, karena terlalu sibuk mengerjakan matematika, gue sampe lupa kalau sebagai sekretaris kelas harus absen di ruang BK.

"Oke, makasih udah diingetin." Gue beresin buku-buku gue dan bergegas menuju ruang BK. Saat menuruni anak tangga, seseorang memanggil gue.

"Rachel!"

"Eh, Kak Nigel, ada apa kak?"

"Lo gak ke kantin?" Kini Kak Nigel menjajarkan dirinya denganku.

"Mau absen dulu ke BK,"

"Gue anter ya, sekalian ke kantin bareng. Takutnya lo digangguin Cindy."

"Kak Cindy udah gak pernah gangguin gue kok Kak. Jadi jangan khawatir."

"Enggak, gue maunya ikut lo. Lo gak boleh nolak." Etdah, nih anak maunya apa sih.

"Oke deh."

Sampai di ruang BK, gue segera absen-in kelas gue, Kak Nigel juga ikut masuk. Kadang gue merasa sebel dan seneng juga sih kalau Kak Nigel care sama gue. Risih juga kalau terlalu dijaga. Tapi banyak senengnya lah.

Gimana gak seneng coba, deket terus sama Ketua OSIS yang ganteng parah, baik, pinter, ahh klepek-klepek gue tiap kali deket dia. Mana alisnya tuh tebel-tebel ngegemesin tau.

Selesai ngabsen, gue pamit keluar. Saat diambang pintu, gue ketemu sama Rasya, dan tunggu? gue gak salah liat?

"Eh, halo Rachel! lama ya gak ketemu. Masih inget gue kan?" sapanya dengan tersenyum girang. Gue tau nih anak, tapi gue lupa namanya. Siapa ya? Guepun mencoba mengingat-ingat.

"Halo! Halo! Wahh, lo Anissa kan? Anissa Pur-, Pur siapa sih? Purtomo?" Ebuset, gue girang banget ketemu dia.

Anissa itu anak dari rekan kerjanya Papa, om Adi. Gue sama dia dulu gak terlalu dekat sih, ketemu nya aja cuma 2 hari. Jadi gue rada gak tau seluk-beluk tentang dia. Yang gue tau, dia sekolah di SMA 1 Medan.

"Hahaha, Anissa Purnama, Chel. Dunia sempit banget ya, gue baru sekolah disini aja udah nemuin elo."

"Haha iya, eh kenalin ini Kak Nigel." Kak Nigel pun memberikan senyum ke Anissa.

"Dan, lo kok bisa sama si Rasya?" Lanjut gue dengan menunjuk Rasya yang tengah tersenyum canggung.

"Gue sekelas sama dia, yaudah ya nanti lagi. Gue mau isi data yang belum lengkap dulu ke Pak Wentang."

"Oke deh, betah-betah ya disekolah ini."

"Sya, gue sama Rachel duluan ke kantin ya." Pamit Kak Nigel ke Rasya.

"Oke, nanti gue nyusul." Balas Rasya.

Gue dan Kak Nigel pun pergi ke kantin dan mencari keberadaan anak-anak BS. Mereka ada di meja biasanya, di depan warung bakso Bulek.

Kita udah akrab banget sama Bulek. Ya, Bulek itu sebutan untuk tante atau bibi dalam bahasa Jawa. Bulek juga sudah sangat hafal dengan kami.

"Bulek, Rachel bakso campur satu ya."

"Nigel juga Bulek." Timpal Kak Nigel.

"Siap." Balas Bulek.

Temen-temen gue masih pada makan dengan lahapnya. Gak lama, bakso gue dan Kak Nigel datang. Saat ini hanya ada suara bising di kantin, dan ketukan sendok dengan mangkok.

"Eh guys, ada anak baru ya?" Tanya Kak Bryan setelah menghabiskan teh nya.

"Iya Kak, tadi gue liat dia sama Rasya." Balas Fara.

Rumit.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang