[25] Bryan Anyndito POV

94 24 7
                                    

"Gel! tungguin gua di gerbang. Bentar lagi nyampe nih."

"Hm."

Tut tut tut

Buset, ikhlas apa kagak sih dia nungguin gua?

Pagi ini gue pusing banget gara-gara semalem gue nglembur, ngurusin acara ulang tahun sekolah gue. Ya, walaupun masih minggu depan, tapi kan harus siap-siap dari sekarang.

Kuota internet gue tadi pagi habis lagi. Jadinya gue telfon Nigel pakai pulsa sisa bulan lalu. Setelah telfon si Nigel, gue langsung cari orang jualan kuota. Untung gue cepet nemuin tempatnya dan segera mencari kartu berangka tiga. Ya, gue tau gue ngirit.

15 menit berlalu.

Gue parkirin mobil gue di parkiran. Saat buka pintu mobil, tiba-tiba Nigel udah berdiri tepat di hadapan gue.

"Lama banget, lo."

"Sorry, pagi ini gue ribet. Abis beli ku--"

Drrt Drrt Drrt

Gue merasakan getaran di saku celana gue dan ternyata getaran tersebut berasal dari HP gue. Tertera nama Edward disana. Gue rada bingung, kenapa tuh kunyuk nelfon gue pagi-pagi?

"Halo?"

"Woy! Nigel sama lo gak?!"

"Santai, jangan nge-gas. Iya emang kenapa?"

"Tuh anak gue telfon dari tadi kagak bisa. Udah lah sekarang lo sama Nigel cepet ke mading utama. Kita dapet masalah!"

Tut tut

Apa lagi kali ini, Ya Tuhan?

"Lo ikut gue, cepet!" perintah gue mendahului Nigel dengan berlari. Entah kenapa perasaan gue gak enak kali ini. Gue berhenti berlari saat tau mading tersebut telah dikerumuni oleh puluhan siswa-siswi. Tanpa banyak bacot, gue singkirin orang yang ngehalangi gue.

Gue udah gak peduliin Nigel yang dari tadi teriak-teriak di belakang gue. Bodo amat dia udah nyumpahin gue apa. Yang terpenting sekarang gue harus nemuin Edward.

Saat gue sampai di depan mading, gue lihat anak anak BS udah pada kumpul disini. Tapi, betapa terkejutnya gue saat melihat papan mading. Orang gila mana coba yang berbuat seperti ini? Hingga membuat emosi kami memuncak.

Rachel, dia hanya menunduk takut. Si Nigel, udah mulai marah setelah melihat papan mading. Anak anak BS lainnya, termasuk gue, dengan penuh emosi mencabuti foto foto keparat yang tertempel disana.

"Wah, itu dia ketua OSIS kita."
"Ternyata kelakuannya buruk juga ya."
"Dasar ketua OSIS mesum!"

Dan masih banyak lagi nyinyiran dari siswa siswi yang berada disini! Gue kasian juga sama Nigel karena pasti nama baiknya sebagai ketua OSIS akan tercoreng. Tapi gue yakin, Nigel gak seburuk itu. Pasti ada alasan, kenapa dia sampai memeluk Rachel.

Ya, foto foto keparat itu adalah foto foto Nigel dan Rachel yang sedang pelukan. Foto foto tersebut terpampang jelas, sampai memenuhi papan mading. Siapapun pelakunya, pasti dia sangat membenci mereka berdua, dan mungkin anak anak BS juga.

"Siapa yang berani-beraninya nempelin foto foto ini, BRENGSEK!!" Teriak Nigel marah, dengan menekankan kata 'Brengsek' . Begitulah Nigel kalau sedang marah. Dia bisa saja mengatakan kata-kata yang lebih kasar dari itu.

Tanpa perintah bubar dari Nigel, semua siswa-siswi yang berkerumun, berhamburan ke segala arah. Anak-anak BS yang lainnya pun hanya bisa menenangkan Nigel dengan menepuk nepuk bahunya. Nigel masih saja mengepalkan kedua tangannya dan mencoba mengatur nafasnya.

Rumit.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang