[11] Fara Saturnus POV

235 35 18
                                    

“Kalian ke kantin duluan aja nanti gue nyusul. Gue mau ke toilet dulu bentar,” pamitku ke semua teman-teman. Yang emang waktu itu aku udah kebelet banget.

“Yaudah duluan ya, Far,” pamit Alina.

Akhirnya aku pun pergi meninggalkan mereka menuju toilet utama. Saat aku masuk, astaga banyak banget kakak kelas. Yang sepertinya kakak kelas-kakak kelas itu habis olahraga.

Setelah selesai menyelesaikan urusan di toilet, aku pun segera keluar dan kembali ke kantin. Tetapi saat aku melewati lapangan basket, tiba-tiba sebuah bola basket mendarat tepat di mukaku.

“Aww,” pekikku yang waktu itu berbarengan dengan jatuhnya kacamataku. Dan lebih parahnya lagi, sepertinya kacamataku itu pecah.

“Eh sorry-sorry, ini kacamata lo,” tiba-tiba ada seorang cowok dengan rambut shaggy, berpostur tinggi, kekar, dan berhidung mancung mendatangiku. “Oh ya, makasih,” ucapku sambil mengambil kacamataku dari tangan cowok itu.

“Em…. Sorry banget, gara-gara gue kacamata lo jadi pecah,” ujar cowok yang berpenampilan nakal tetapi tetep ganteng, ups.

“Iya gapapa,” balasku singkat.

“Basuh muka dulu gih, muka lo merah banget,” gue pun langsung menuju wastafel terdekat dan membasuh muka gue.

Setelah itu gue pun kembali duduk. “Kepala lo sakit?” tanyanya.

“Enggak sih, cuman sedikit pusing aja,” jawabku.

“Perlu gue anterin ke UKS?” tanyanya.

“Enggak usah, nggak papa kok,” balasku.

“Oh ya, nama lo siapa?” tanyanya. Yang emang dari tadi kita belum kenalan.

“Aku Fara, kamu?” tanyaku balik.

“Kenalin, gue Rasya, Rasya Syafryansyah,” balasnya sambil menjabat tanganku. “Kacamata lo nanti pasti gue ganti kok. Tenang aja,” sambungnya.

“Nggak usah, nggak papa kok,” balasku.

“Sebagai cowok gentle, gue pasti gantiin kok. Nanti bisa?” tanyanya yang membuatku bingung.

“Bisa apa?” tanyaku.

“Bisa ke optik mata,” jawabnya.

“Ngapain?” tanyaku yang semakin heran.

“Ya periksain mata lo lah. Nanti gue anter kalo lo bisa. Bisa gak?” tanyanya lagi yang membuatku bingung harus menerima ajakannya atau kutolak mentah-mentah.

“Bisa aja sih,” berhubung aku orangnya gak enakan jadi aku terima aja ajakannya.

“Yaudah, oke. Nanti pulang sekolah tungguin gue di gerbang. Oke?” tanyanya memastikan.

“Oke, sebelumnya makasih ya,” ucapku.

“Nggak usah makasih kali. Kan ini juga salah gue,” balasnya.

“Hehe iya,” cengirku. “Yaudah aku balik dulu ya, Sya,” pamitku kepadanya.

“Oke, sampai jumpa nanti, Far,” balasnya.

Gue pun segera kembali menuju kantin. Di perjalanan gue masih ragu, beneran gak ya tawarannya tadi. Gue takut ditipu, karena dari tampangnya kayaknya dia cowok nakal. Astaga, jangan netting Fara, positive thinking aja.

Akhirnya gue sampai di kantin.

“Far, mana kacamata lo?” tanya si Asya tiba tiba.

“Tadi gak sengaja kacamata gue kena bola basket, jadi pecah deh,” jelasku.

Rumit.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang