[3] Violet Venus POV

592 42 20
                                    

"Katanya mau kenalan, kenalin namaku Bryan. Kamu siapa?" ooh, jadi namanya Bryan, bukan Ryan. Sebentar, kalau sekarang Megan sama Kak Bryan kenalan, berarti rencana gue tadi di kantin gagal dong. Sia-sia deh gue ngomong panjang lebar tadi. Tapi gak papa lah, yang penting mereka cepet kenalan.

"Gan, cepet jawab dong!" teriak Fara yang tumben-tumben an mau teriak. Lagian emang si Megan ini lama banget jawabnya, dan gila! Muka Megan berubah jadi merah tomat. Mulutnya pun menganga, bias-bisa nanti keluar semacam lendir alias air liur. Oke, gue harus sadarin dia dari zina matanya.

"Gila, Gan muka lo merah banget. Apalagi itu tuh mulut lo meganga lebar!" teriak gue sambil mengguncang tubuh Megan. So pasti, teriakan gue ampuh menyadarkan seseorang dari lamunannya.

"Oh, eh, iya maaf. Ehh, namaku Megan kak, salam kenal," kata Megan sambil menyibak poninya, dan menjabat tangan Kak Bryan. Formal amat kenalannya, pake aku-kamu an lagi.

"Nama yang bagus. Kamu kok belum pulang? Pulangnya bareng temen-temen kamu?" tanya Kak Bryan ke Megan basa-basi, dan emang basi.

Gue heran deh sama Megan, baru juga hari pertama sekolah, udah dapat kakak OSIS gini. Sedangkan gue, entahlah dari dulu gue emang gak pernah suka sama cowok satupun. Ya pernah sih dulu, itupun cinta monyet. Gue juga gak tau gimana jadinya nanti kalau gue suka sama seseorang di sini, di SMA Penerus Bangsa. Halah, bodo amat mikirin cowok, sekolah gue aja belum bener.

"Oh, enggak kok, nanti juga sopir aku ngejemput." jawab Megan sambil tersipu.

"Yaudah, kalau gitu aku pulang dulu ya, bye." kata Kak Bryan kepada kami semua. Kemudian aku mendengarkan bisikan dari Rachel kepada Megan.

"Gan, lo gak minta nomor WA-nya?" bisik Rachel.

"Iya Gan, sampai rumah lo bisa chat an sama dia," bisik Nayla juga.

"Dan kemudian lo harus copy-in chat an lo sama dia ke group SA2. Hahaha" kali ini Asya yang bicara --bukan bisik-bisik--, dan sepertinya terdengar di telinganya Kak Bryan.

"Malu lah, baru juga kenalan," kata Megan sambil menunduk. Nih anak pake acara malu-malu segala, orang biasanya malu-maluin juga.

"Ah, kelamaan kalian semua" kata Alina berlari menuju Kak Bryan. Dari sini gue tau kalau Alina sedang minta nomor WA Kak Bryan, kemudian kembali ke kami semua dengan memberikan nomor WA Kak Bryan. Nah, gini nih sahabat gue, yang punya muka badak dan menguntungkan. Wajib untuk ditiru.

"Nyoh nomor WA-nya," Alina menyodorkan handphonenya ke kami semua.

"Uwaw, makasih Alina, lo emang baik banget dah" kata Megan sambil memeluk Alina. "Btw, gue udah dijemput tuh sama Pak Aji, yang mau nebeng silahkan. Makasih semuanya." pamit Megan.

"Gan gue nebeng! Sama Nayla juga, ayo Nay lo jangan makan mulu" teriak Fara mengikuti Megan dengan menarik tangan Nayla.

"Yaelah Far, nanggung, rotinya tinggal sedikit nih" omel Nayla berjalan mengikuti Fara, dan entah apalagi yang diomelkannya lagi.

"Gue juga mau pulang. Chel, lo nebeng lagi kan? Ayo pulang." kata Asya dengan mengeluarkan handphonenya. Mungkin dia mau nelpon sopirnya.

"Iya gue nebeng lagi, Alina juga nebeng, ya kan Lin?" Rachel menjawab dengan menoleh ke Alina.

"Iya, terus Vio gimana?" Tanya Alina sambil mengangkat alisnya ke gue. Tumben dia perhatian sama gue. Ya, kali ini gue minta jemput sama Bokap gue. Demi nenek moyang gue yang udah meninggal, gue capek banget. Biasanya sih gue disuruh pulang naik angkot.

"Oooh, tenang aja, gue habis ini minta jemput Bokap gue kok. Ya harus nunggu sebentar sih." jawab gue sambil berjalan keluar bersama mereka.

"Ya udah Vi, kita duluan ya, ati-ati" kata Asya mendahuluiku dan segera diikuti oleh Rachel dan Alina. Gue cuma ngacungin jempol. Entah mengapa kali ini tenggorokan gue rasanya kering keronta. Pengen beli minum, tapi uang udah habis. Selain itu harus nunggu jemputan bermenit-menit dan gak ada temen ngobrol. Kampret moment.

Rumit.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang