Adapted from The Maze Runner by amazing author James Dashner
.
.
.
.
"Tenanglah, aku akan baik-baik saja"Tatapannya sayu, wajahnya pucat pasi, bibirnya menghitam ditambah keringat dingin yang mengucur dari pelipis. Lelaki itu tak berontak saat orang-orang berbaju laboratorium membawanya ke sebuah ruang.
Seorang gadis yang jauh di seberangnya memanggil lelaki itu, meronta-ronta saat orang berbaju laboratorium lain memegang lengannya. Ia meronta dan berteriak histeris, sampai akhirnya seseorang menyuntikkan sesuatu ke lengan si gadis.
Gadis itu mulai lemas, dan akhirnya tak sadarkan diri.★★★
Girl POV
Terdengar suara rantai yang ditarik begitu cepat, tubuhku bergetar. Aku membuka mata dan mendapati diriku ada di dalam kotak besi gelap dan pengap. Kudongakkan kepala dan menyadari jika aku bergerak ke atas.Beberapa saat, atap mulai merekah disusul nyala alarm dan cahaya merah, aku melihat seberkas cahaya yang menyilaukan mata. Samar kulihat, orang berkerumun di bibir atap. Semakin dekat, semakin jelas pula itu
kerumunan laki-laki.Seorang laki-laki tinggi, kurus dan berambut dirty-blonde melompat kedalam kotak. Ia tertegun menatapku kemudian mendongak keatas.
"Mereka mengirim perempuan"
Seketika suasana diatas menjadi gaduh.
"Bisa bisanya mereka mengirim perempuan"
"Menyingkirlah, aku ingin melihatnya"
"Dua bulan sebelumnya anak-anak, sekarang perempuan. Menambah beban saja!"
"Merepotkan sekali"
Kerumunan itu seketika bubar.
Laki-laki di dalam kotak berjongkok dan menatapku dengan mata berbinar.
"Bisa kau beritahu siapa namamu?" tanyanya
Aku tak ingat apapun. Nama, teman, saudara bahkan keluargaku sendiri aku tak mengingatnya.
"A..aku tak bisa mengingatnya"
"Tak apa, itu biasa terjadi, mungkin nanti atau besok kau akan mengingatnya" ia mengatakan sambil tersenyum kemudian mengulurkan tangannya.
"Jangan takut, ayo kita berkumpul dengan yang lain. Akan kubantu kau naik"
Kuterima uluran tangannya dan ia membantuku keluar dari kotak.
Sangat sulit keluar dari kotak dengan keadaan lemas. Ditambah kepalaku yang pusing membuat jalanku sempoyongan.
"Hei, kau tak apa?" ia dengan sigap mengalungkan tanganku ke tengkuknya, lalu memapahku
"Aku tak.."
Kakiku tak kuat berdiri, pandanganku kabur, mataku memberat, semakin berat, semua yang kulihat menjadi gelap. Aku tak sadarkan diri
"Panggil med-jack!"
★★★
Boy POVSeperti hari-hari biasa, setelah sarapan, aku bertugas mengawasi para gladers dan mengecek barang-barang.
Aku mendengar suara rantai yang disusul bunyi alarm. Tak salah lagi, itu suara dari lubang, mereka mengirim anggota baru.